*Episode 1*
Sepasang kekasih lari tergesa-gesa sambil berpegangan tangan mengawali kisah romantis didrama ini.. Mereka adalah Dong Joo (Shim Changmin) dan Da Ji (Lee Yeon Hee). Episode pertama bermula di sebuah bandara, Dong Jo dan Da Ji lari dari kejaran ayah Da Ji.
"Yah..Da Ji yah... (Hey.. Da Ji...)" Ayah Da Ji berusaha mengejar Da Ji dan Dong Joo.
"Appa... Mianhae...." Teriak Da Ji tetap berlari bersama Dong Jo.
Meski berusaha mengejar, namun ayah Da Ji kalah tenaga akhirnya ia terjatuh. Da ji dan Dong Joo seketika menghentikan lari mereka.
"Appa...!" Da Ji kaget melihat ayahnya terjatuh.
"Da Ji yah, apa kau sudah lupa kesepakatanmu dengan ibumu? bukankah ibumu bilang kau harus menjadi mahasiswa di universitas Seoul?" ucap ayahnya dengan muka memelas.
"Appa.. Mianhae... (Ayah maafkan aku...)" Lagi -lagi Da Ji meminta maaf sang ayah, lalu kembali lari dengan Dong Joo."
"Kau...." ujar ayah Da Ji geram, dibelakang beberapa orang menyusul mengejar mereka. Ternyata ayah Dong Joo dan orang suruhannya. "Saat aku menangkapmu, kau akan mati!" Ayah Dong Joo berlari sambil mengomel. Ia terhenti melihat ayah Da Ji terduduk dengan lemas. "Hey.. Lee Yi dimana anakmu? Dia membawa kabur kemana Dong Joo ku? Oh My God...." ayah Dong Joo mengomel panjang pendek. "Hey.. geledah seluruh tempat ini, jika kalian tidak bisa menemukannya maka kalian akan mati" teriak ayah Dong Joo pada suruhannya dengan marah.
Ternyata Da Ji dan Dong Joo pergi mendaftarkan pernikahan mereka (Hahahhaha...). Petugas yang mengurus mereka membaca formulir registrasi itu, "Jadi umurmu 17 tahun?" tanya petugas itu pada Da Ji. "Tapi menurut lunar kalender, umurku 19 tahun." bantah Da Ji.
"Tanpa ijin orang tua, pernikahan tidak bisa diijinkan." ucap sang petugas.
"Jadi harus membawa orang tua baru pernikahannya sah?"
"Jika ditandatangani tanpa sepengetahuan orang tua, maka ini tidak valid. Kalian ini terlalu berani"
Da Ji dan Dong Joo menghela napas. "Tidak apa-apa, kita pasti tidak akan terpisah" Dong Joo menenangkan hati Da Ji.
Dihadapan ayah Da Ji, ayah ibu dan kakek Dong Joo, Da Ji memberanikan diri memohon pada ayahnya agar ia tidak jadi disekolahkan keluar kota karena ingin bersama Dong Joo, begitu juga Dong Joo yang memohon pada ayahnya agar ia dan Da Ji diijinkan menikah, dengan begitu ia akan bisa bersama dengan Da Ji selamanya. Bahkan dengan berani Dong Joo meminta ijin ayah Da Ji untuk menjaga Da Ji. Diawal, baik ayah Da Ji maupun orang tua Dong Joo tidak setuju pada ide gila anak-anak mereka, namun situasi berbalik saat kakek Dong Joo berlutut memohon pada ayah Da Ji agar cucu kesayangannya itu bisa menikah dengan Da Ji. Ayah Dong Joo protes, namun tidak berkutik pada sang ayah. Dimata sang kakek, ternyata Dong Joo lebih berharga dari pada ayah Dong Joo sendiri, dan akhirnya mereka pun menikah. Pasangan labil itu pun merayakan pernikahannya dengan suka cita.
Meski telah menikah, karena masih terlalu muda, Da Ji dan Dong Joo masih canggung satu sama lain. Terlihat saat mereka menonton bola, begitu kesebelasan korea berhasil mencetak gol, mereka berpelukan dan terjatuh disofa. Dan tangan Dong Joo memegang sesuatu... Upz... kedua tangannya mendarat dengan tepat didada Da Ji. segera saja Dong Joo melepaskan tangannya, "Kau turunlah..." ucapnya canggung.
"Tidak mau, aku ingin menjadi seperti permen karet yang terjebak padamu" Da Ji menyandar lebih erat, tapi sedetik kemudian ia bangkit dan menoleh kebawah..
"Yah.. Kau melihat kemana, cepat turun..." Dong Joo sedikit membentak menutupi rasa groginya.
"Mian..(Maaf)" ucap Da Yi panik, sementara Dong Joo bangkit dan menghadap kejendela membelakangi Da Ji. Dong Joo sangat grogi, tapi dibelakang kepanikan Da Yi berubah menjadi senyuman aneh. (wkwkwk.. Da Ji si cute evil..) Ia berjalan kearah Dong Joo dan menggodanya. Kedua insan yang dilanda asmara itu bertatapan, "Kita akan bahagia selamanya..." ucap Dong Joo pelan.
"Selamanya..." Da Ji tersenyum mengangguk.
Mereka berciman dengan mesra.....
Prolog:
19 Tahun, 21 tahun... Kami berkata kami akan bahagia selamanya dipernikahan kami. Tapi 6 bulan kemudian, semuanya hancur. Karena kami ingin menikah dengan gila, ingin berpisah dengan gila. Keteguhan pernikahan kami pun mati. Perceraian juga keputusan yang sangat cepat. Enam tahun berlalu tanpa terasa.
Da Ji enak-enakan tiduran sembari menemani kudanya merumput. Diarah lain, ibu Da Ji mengomel karena putrinya itu hanya tiduran saja. Tapi kenyamanan Da Ji tidak berlansung lama, seorang ahjussi (bapak-bapak) berjalan kearahnya. "Hey.. kau pikir kau bisa sembunyi dariku? kau pikir aku tidak akan bisa menemukanmu?" "Oh.. Ahjussi, lama tak berjumpa.." Da Ji kaget dan bersiap-siap lari. "Hey kau membuat kudaku sakit dan tidak dapat berdiri. Apa itu kehebatanmu?"
"Aku telah memberikannya penanganan kesehatan yang baik." Da Ji mengenakan sepatunya, lalu lari menjauh dari ahjussi yang berusaha mengejarnya. Orang tua itu terus mengejar Da Ji, malang bagi Da Ji, ia terjatuh tepat di onggokan kotoran kuda.
"Da Ji, Gwenchana? (kau baik-baik saja?)" ayah Da Ji kawatir melihat putrinya.
"Iiissssh.." Da Ji bangun dengan kesal, namun menyadari sesuatu, ia menggenggam kotoran kuda itu dengan kedua tangannya, lalu membauinya. Sementara orang tuanya dan ahjussi memperhatikan dengan jijik.
"Kotoran... Ya kotoran.." ia berteriak girang tanpa melepaskan kotoran kuda itu.
Seorang dokter membolak balik laporan hewan di peternakan itu. "Rata-rata aborsi kuda betina meningkat 20% dari tahun lalu."ujar sang Dokter. Ayah Da Ji mengatakan tidak satu pun hal yang bisa dikaitkan untuk menjadi alasan itu. Tiba-tiba Da Ji datang, kedua tangannya masih menggenggam kotoran kuda. Dengan bahagia ia menjelaskan pada sang dokter, bahwa kadar makanan kuda lah yang menjadi permasalahan dari kuda-kuda mereka. Da Ji menunjukkan sebuah laporan yang berasal dari jerman yang memuat hal tersebut. "Bagaimana kau tahu ini?" tanya Dokter itu bingung. Da Ji tersenyum simpul.
Kita beranjak ketempat lain, disebuah rumah mewah Dong Joo tertidur dengan pulasnya. Sebuah telepon mengganggu hingga mau tidak mau ia mengangkat telepon itu. Diseberang sana, ayah Dong Joo sedang mengomeli putranya yang tidak bekerja. Dong Joo menawari ayahnya agar memecat dirinya saja, jelas membuat sang ayah makin marah. Akhirnya ayah Dong Joo memenangkan perundingan mereka setelah mengancam akan menghentikan semua kartu kredit Dong Joo. Dong Joo bersiap-siap mengenakan pakaian kantornya.
Dipeternakan, Da Ji sedang menjelaskan tentang peternakan pada dokter yang tadi ditemuinya dikandang kuda. Sang Dokter memujinya melihat Da Ji sangat mengetahui seluk beluk kuda, sayangnya tidak berlansung lama, kebanggaan Da Ji berantakan karena ucapan Ahjussi yang tadi mengejarnya. "Jika kau ingin ingin meninjau, dalam sepuluh menit kau akan melihat...." ucapan Ahjussi itu terhenti melihat Da Ji diseret oleh kuda yang tadi dipeganginya. "Aah.. 5 Menit cukup, tidak perlu 10 menit" Ahjussi itu melanjutkan ucapannya kembali. Dokter itu terpelongo melihat Da Ji berteriak-teriak.
Changmin, Eh Dong Joo maksudnya.. membuka pintu kantornya dengan mengendap-endap. Didalam, kakek dan ayah nya tengah berdiskusi. Melihat kedatangan Dong Joo, kakeknya lansung melemparkan jeruk yang ada dimeja kearah Dong Joo, tapi Dong Joo dengan sigap menyambutnya. "Nice Catch.. (tangkapan bagus..)" katanya bangga, namun sedetik kemudian sebuah jeruk mendarat tepat dikeningnya. Olala.. Dong Joo meringis memegangi kepalanya yang dibentur jeruk tersebut.
Da Ji keluar rumah dengan plaster dikeningnya (Hasil lari-larian nya dengan kuda..wkwkwk), diluar rumah, Ahjussi telah menunggunya, Ahjussi itu menanyakan kuda yang dibeli Da Ji dari australia, dan meminta Da Ji menjual kepadanya, ia akan membayar dengan harga lebih . Da Ji tidak mau karena ia sendiri telah bersusah payah mendapatkan kuda itu, Dae Ji pun kembali berkhayal ia dengan kudanya memenangkan pertandingan balap kuda dan hadiahnya bisa ia gunakan untuk membeli rumah peternakan.
"Berhentilah bermimpi.." ejek Ahjussi pada Da Ji. "Mr. Park telah menjual rumah tersebut pada orang lain beberapa waktu lalu." lanjutnya lagi.
"Anda bilang apa?"
***
"Aku tidak tahu..."
"Paradise Ranch (nama peternakan) telah dijual pada orang lain, bagaimana anda tidak tahu? Kau tau betapa kami menginginkan rumah itu? Ayahku telah menghabiskan uangnya untuk membayar rumah itu sejak bekerja di Sepul Turf Club" Da Ji mencerca sang pemilik peternakan itu
"Ahh itu sudah selesai, harganya jauh lebih mahal dari yang aku bayangkan." Sang pemilik rumah membela diri dan tetap berjalan keluar. Hingga sebuah teriakan mengagetkan keduanya. Ayah Da Ji datang dengan penuh kemarahan. Ia menarik-narik pemilik rumah itu, sekarang Da Ji malah diribetkan melerai kemarahan ayahnya. Tidak berhasil, Ia membiarkan ayah nya mengejar pemilik rumah itu yang lari terbirit-birit.
Dong Joo dan kakeknya memperhatikan seekor kuda yang terpampang disebuah majalah.
"Tampan bukan?" tanya kakeknya
"Aku tidak tahu." jawab Dong Joo
"Kuda ini untuk resort kita yang dipulau jeju, pergi dan beli kuda itu kembali."
"Aku tidak mau pergi." ucap Dong Joo.
"Kau tidak mau? minimal kau harus memikirkan cara menolak yang lebih halus, bajingan keci." Ayah Dong Joo ikut bicara. Kakek Dong Joo segera meraih telponnya "Blokir semua kartu kredit Dong Joo..." perintahnya ditelepon.
Mendengar ini, Dong Joo kaget dan lansung mengambil telepon dari tangan kakeknya. "Kenapa kau seperti ini kek?" tanyanya dengan wajah memelas. (Hahaha.. cute evil...)
"Jadi pergi dan beli kuda itu, jika tidak, serahkan semua kartu kreditmu." ancam kakeknya.
Dengan bantuan (tekanan) dari ayahnya, akhirnya Da Ji memperoleh kesepakatan dengan sang pemilik rumah tentang pembelian rumah peternakan itu. Obrolan mereka beralih pada kuda volpony yang dibeli oleh Da Ji. Da Ji mengatakan tidak ada masalah dengan kuda itu dan setuju ia akan melihat kudanya setelah kompetisi berakhir.
Da Ji pergi melihat pertandingan balap kuda dan bersenang-senang disana. Ditempat yang sama, Dong Joo menggedumel tidak tentu, apalagi setelah ia menginjak kotoran kuda dengan sepatunya yang bagus. Da Ji melihat sebuah pertunjukan, dimana siapa yang bisa bertahan lama dipunggung kuda mainan akan diberi hadiah, kontestan sebelumnya gagal, hingga muncul seorang pria tampan menaiki punggung kuda itu. Da Ji sangat menikmati pertunjukannya. Pria itu menang. MC di acara itu memberikan setangkai bunga dan menyuruh pria itu memberikan nya pada gadis cantik yang mengenakan topi terbagus. Laki-laki itu memandang berkeliling, dan menemukan Da Ji, sebenarnya topi Da Ji tidak lah bagus, malah lucu. Pria itu memberikan bunga dan mengenakan topi yang dipakainya kekepala Da Ji. "Joneun (dalam bahasa korea berarti aku)? Eh.. Me?" Da Ji kaget karena pria itu memilihnya. Da Ji sangat senang dan ia tidak berhenti tersenyum girang.
Da Ji mengelus-elus kudanya dengan hangat."Volpony... Kau tau betapa aku merindukanmu? Presiden Yang memang sedikit pelit, tapi dia tidaklah buruk, dan saudaramu ini akan selalu bersamamu, jangan kawatir ya.." ucapnya pada kuda itu.
"Hey.. How are you?" Seseorang menghampiri Da Ji dan berbicara dalam bahasa inggris.
"Hi..." Da Ji balik membalas.
"Good to see you (senang melihatmu)"
"Yeah..."
"I think he likes you already" (Aku pikir dia telah menyukaimu) Orang itu berkata pada Da Ji. "Please take care of him, i know you will do a great job" (Tolong jaga dia, aku tahu kau akan melakukannya dengan baik). Percakapan mereka terhenti saat seseorang memanggil. Yaps, orang yang sama dengan orang yang memberikan topi padanya. "Silakan lanjutkan kencanmu dengan Volpony," Ujar orang yang bernama David itu.
"Wait.. Apakah ia berasal dari korea juga?" tanya Da Ji pada orang itu.
"Tidak, ia berasal dari amerika." jawab David "Kenapa?" tanya David lagi.
"Ah tidak.. aku hanya penasaran." jawab Da Ji.
Sementara David dan Edward bercakap, Da Ji berceloteh pada kudanya dalam bahasa korea. "Edward? nama yang cocok dengam orangnya, Edward memberikan saudari mu topi ini." Edward tersenyum mendengarkan celotehan Da Ji, tetapi Da Ji tidak menyadari dan terus melanjutkan: "Padahal waktu itu disana sangat banyak wanita cantik, Kakak mu ini pasti sangat mempesona." Katanya pada kuda Valpony itu. Diseberang sana, Dong Joo sedang berjalan kearahnya dan mendengar ucapan Da Ji. "Tetapi laki-laki itu sepertimu, benar-benar tampan, Kau dan juga Ahjussi itu benar-benar sempurna... Ahh.. sudah lama sekali hatiku tidak gelisah seperti ini." ujarnya. Dong Joo yang mendengar ucapan Da Ji menjadi geli sendiri. Tidak berhenti sampai disitu, Da Ji malah bernyanyi-nyanyi kecil dengan gaya norak. Edward tidak dapat menahan gelinya lagi. "Chukkaeyo (selamat..)" Edward menghampiri Da Ji.
"Kuda ini adalah harta david yang sangat berharga, aku pikir ia tidak akan menjualnya. Volponi adalah kuda yang baik" ujar Edward dalam bahasa korea.
"Kau orang korea?" Da Ji bertanya dengan gugup.
"Orang tuaku." Jawab Edward tersenyum. Da Ji benar-benar kikuk karena malu, karena pastinya edward mendengar dan mengerti semua ucapannya dengan baik tadi, bukan?^^
"Topi itu cocok untukmu." kata Edward
"Ehh..? Terima kasih untuk topi ini, aku juga sangat menyukainya" ucap Da Ji malu-malu.
"See you later.." Edward berkata lalu meninggalkan Da Ji. Da Ji menatap kepergian Edward dari belakang,
"See you later? Kapan?" Kejutan lain menantinya. Dong Joo berdiri tepat diarah kepergian Edward. "Dong Joo..." Melihat Dong Joo melangkah pergi, Da Ji menyusulnya.
"Dong Joo Ah..." Da Ji memanggil, Dong Joo berbalik, dan menatap Da Ji dengan pandangan dingin.
"Ah.. ini kau.., Apakah kau tidak melihat aku memanggilmu dikandang kuda sebelah sana?" ujar Da Ji ramah.
"Aku lihat" jawab Dong Joo dingin.
"Ah.. kalau kau lihat, kenapa kau berjalan begitu saja?"
"Kalau aku tidak pergi?"
"Kita tidak bertemu untuk waktu yang lama, setidaknya kita harus menyapa."
"Kita tidak dalam hubungan apapun, jadi kita tidak perlu saling menyapa." Dong Joo memotong ucapan Da Ji. Da Ji sedikit kikuk, namun ia tetap tersenyum. "Sudah 6 tahun." ucapnya.
"Apa yang ingin kau ketahui?" tanya Dong Joo sinis.
"Ohh.. Selama itu, apa saja yang kau lakukan?"
"Bagiku, Seperti apa keadaanmu 6 tahun belakangan ini, aku sama sekali tidak penasaran." Dong Joo beranjak pergi. Da Ji terkesima mendengar perkataan Dong Jo.
Acara penawaran kuda dimulai. Tempat itu dipenuhi orang-orang yang melakukan penawaran kuda. Karena kehabisan tempat, Da Ji memutuskan duduk dikursi sebelah Dong Joo walaupun Dong Joo terkesan cuek padanya.
"Aku senang, Dong Joo, aku tidak yakin apa yang kau pikirkan, tetapi aku sangat senang bertemu denganmu disini. Telah lama aku ingin bertemu denganmu." Da Ji mencoba membuka percakapan. Dong Joo tetap sama. Cuek bebek.. (wekekekeke...)
"Kau. Bagaimana bisa kau menghiraukan seseorang yang sedang berbicara..." Ucapan Da Ji terhenti melihat poster kuda di majalah yang ada diatas meja Dong Jo. "Kau kesini untuk membeli kuda ini?" tanya nya kaget.
Dong Joo mengalihkan pandangannya kearah Da Ji dengan malas. "Benar." jawabnya singkat. Da Ji benar-benar kaget.
Penawaran kuda volpony pun dimulai. Da Ji sibuk mengkalkulasikan harga yang dicapai dengan kalkulatornya. "19.440.000 won? Tidak bisa lebih lagi." ujarnya cemas. Dia melirik Dong Joo, Dong Joo malah membuka penawaran itu dengan harga $19.000
"Tambahkan $500" Da Ji mengangkat tangannya.
"30.000 US Dollar" Dong Joo tidak mau kalah.
"31.000 US Dollar" kata Da Ji.
"60.000 US Dollar" Dong Joo lansung menaikkan harga penawarannya.
Da Ji membelalakkan matanya. Ia benar-benar cemas. "61.000 US Dollar" Da Ji mengangkat tangannya ragu-ragu. Dong Joo menatap mantan istrinya itu dengan kesal, dan ia berlalu meninggalkan tempat itu. Akhirnya penawaran kuda valpony dimenangkan oleh Da Ji. Da Ji terlompat girang, tapi tidak lama ia sibuk dengan kalkulatornya, "65.000 US Dollar?" Da Ji terbelalak kaget. Seketika juga badannya menjadi lemas.
Ragu-ragu Da Ji memencet bel, belum kesampaian niatnya, seorang pelayan hotel keluar dari kamar itu. Ia menyelinap masuk. Da Ji mengendap-endap di kamar itu. Suasana kamar itu berantakan, pakaian dimana-mana. Tidak sengaja Da Ji menginjak kemeja yang tergeletak dilantai, buru-buru ia mengambil kemeja itu, "Hm... masih menggunakan parfum yang sama." gumam nya. Da Ji membungkuk memunguti pakaian-pakaian yang berserakan, sementara dari arah kamar mandi Dong Joo keluar sambil membilasi kepalanya dengan handuk. Ia tidak menyadari keberadaan Da Ji, hingga ia berjalan dan.. "Oppz...
"AAaAaaAAaaa...." Keduanya berteriak kaget. Ternyata Dong Joo tidak memakai sehelai benangpun. Dengan panik Dong Joo melompati sofa dan bersembunyi sambil mengenakan pakaiannya. "Heyy.. apa yang kau lakukan disini?" teriak nya marah. (Scene ini benar-benar lucu, Saat Dong Joo melompati sofa, bagian ekstrim nya itu ditutupi dengan gambar hati berwarna pink.
"Itu...." Da Ji gugup dan juga malu. ia melanjutkan,"Karena kuda Volpony, aku perlu 60.000 dollar untuk membelinya, dan karena kau ingin membelinya, aku ingin menjualnya...."
"Aku tidak mau." potong Dong Joo dingin.
"Karena aku hanya punya 1000 Dollar, sebenarnya aku ingin menggunakan 20.000 dollar untuk membelinya. Tetapi jika mengetahui harga nya menjadi 60.000 dollar, pemilik kuda itu tidak akan menjualnya, jika aku tidak membelinya, aku harus membatalkan transaksinya, hukuman nya adalah 5.000.000 won, aku tidak punya uang maka aku akan membeli kuda lain saja"
"Aku tidak berminat untuk membelinya. Kau keluar saja."
"Bukankah kau ingin membeli kuda itu? Aku merasa cemas karena situasi itu tadi"
"Aku tidak pelu melakukan apapun untuk keadaanmu."
"Baiklah." Da Ji berkata lemas.
"Kau muncul tiba-tiba dan memintaku untuk menerimanya?" tanya Dong Joo
"Kenapa kau selalu marah-marah? Sudah 6 tahun sejak terakhir aku melihatmu, apakah kau tidak senang?" ucap Da Ji kesal.
"Aku tidak senang, aku tidak suka itu, jadi tolong pergi.." bentak Dong Joo
Da Ji terdiam, bel kamar Dong Joo berbunyi dan Dong Joo membukanya. Seorang wanita wanita cantik menanti diseberang pintu dan lansung memeluk Dong Joo begitu pintu terbuka. Melihat Da Ji, ia bertanya pada Dong Joo, "Dia siapa?"
"Oh.. Itu..." Dong Joo kebingungan menjelaskan. Da Ji cepat-cepat membantu, "Aku disini karena ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padanya, Maaf." Da Ji cepat-cepat berlalu. Ia berjalan kearah lift, dari pantulan kaca lift tatapan kosongnya jelas terlihat.
Da Ji berakhir disebuah bar, Edward telah duduk disampingnya sebelum ia datang namun tidak disadarinya. Dasar Da Ji, ia berceloteh apapun yang ia suka tanpa memperhatikan sekitar. Edward tersenyum lebar melihat tingkahnya. Bir datang, ia segera menuangkannya kegelas minumnya. Tapi terlalu banyak dan bir itu melimpah. Dengan panik Da Ji justru meminum bir yang tertumpah terlebih dahulu dengan pipet. Tidak pelak lagi Edward tertawa melihat tingkah konyol itu dan Da Ji menoleh, Pipet minum Da Ji terjatuh tanpa sadar. Da Ji menelan ludah karena malu.
Edward menawari Da Ji makanan, mungkin karena lapar, ia menghabiskan makanan itu nyaris tanpa sisa. Edward tersenyum geli melihat ini. "Ahjussi, kau membeli kuda?" Da Ji membuka percakapan.
"Ya.." jawab edward sambil tersenyum.
"Berapa banyak?"
"Hmm.. 13 ekor."
"Whoaaa... banyak sekali, apa kau membuka peternakan?"
"Tidak, lebih mengarah ke operasi peternakan"
"Tidak heran, aku tahu kau ahli saat pertama melihatmu." Da Ji tersenyum lebar.
Dong Joo sedang berbicara ditelepon, orang ditelepon itu komplain dengan harga lelang kuda yang seharus nya hanya bisa dibeli 20.000 Dollar tetapi malah menjadi 60.000 Dollar. Dong Joo mengatakan ia membutuhkan kuda itu dan meminta orang yang ditelpon mengatur ulang harga jualnya. "Dong Joo ah.." Seorang wanita menghampiri Dong Joo, wanita yang sama dengan yang bertemu Da Ji di hotel.
Seorang wanita cantik berjalan kearah Dong Joo, "Apakah ada masalah?" Tanyanya kemudian.
"Ah.. tidak." Jawab Dong Joo "Dimana kopermu?"
"Di kamarmu."
"Di kamarku?"
"Hmm... bukankah disana ada dua tempat tidur?" wanita itu tersenyum. Dong Joo tertawa mendengarnya.
Mereka berjalan dipantai, berbincang dengan akrabnya. Wanita itu menggoda Dong Joo karena sang kakek begitu tega membiarkan Dong Joo yang tidak menyukai kuda malah menyuruh Dong Joo melakukan hal itu.Dong Joo berkata kakek nya memiliki cucu yang malas dan tidak berguna seperti dirinya. Tak disangka Wanita itu mengeluarkan kamera dan memfoto Dong Joo. Wanita itu menghiburnya dengan mengatakan Dong Joo seorang yang hebat. Dong Joo tersenyum, wanita itu memeluknya. "Tidak kah ini terlalu cepat? Dong Joo ah, jika kau merasa hal yang sama dalam tiga detik, ayo kita berkencan." katanya lagi. Dong Joo terlihat kikuk. Lalu mereka berjalan lagi menyusuri pantai sambil bercanda gurau.
Dilain tempat, Da Ji minum bersama Edward, "Dalam hitungan 10, lupakan semua hal... lupakan semuanya." Da Ji meneguk minumannya. Da Ji benar-benar stress karena harga tak terkira dari lelang kuda valpony itu. Jika Tuan Yang (boss nya) mengetahui apa yang terjadi disini, alamat ia akan menjadi orang suruhan Tuan Yang seumur hidupnya. Mendengar ini, Edward tertawa. "Aku tidak sedang bercanda." ucap Da Ji gusar, "Ah.. Termasuk denda karena membatalkan kontrak, masih tersisa 15.000.000 Won, Kuda jenis apa yang bisa aku beli hanya dengan uang segitu?" Da Ji mengeluh kesal.. "Sepertinya.. Aku bisa membantumu." kata Edward. "Eh??" Da Ji terbelalak dengan mata bulatnya.
Esok nya, Da Ji dan Edward pergi melihat-lihat kuda. Tetapi Da Ji justru memperhatikan bagian kelamin dari kuda itu. Da Ji geleng-geleng kepala. Penasaran, Edward turun berjongkok, "Apa yang kau lihat? Kenapa begitu serius?" tanya nya pada Da Ji.
"Eh..?" Da Ji segera bangun, "Kuda ini, sepertinya sangat normal. Kita perlu melihat yang lain" ucapnya, lalu setengah menyeret Edward yang kebingungan menjauhi kuda itu.
"Apa nya yang normal? Yah Da Ji Ssi..." tanya Edward bingung.
Da Ji akhirnya menemukan kuda yang disukainya, "Ahjussi menurutmu bagaimana?" tanya nya pada Edward. "Ok" kata Edward, Da Ji berteriak girang, dan adu toss dengan Edward. Di arah belakang, Dong Joo datang dan melihat sang mantan istri akrab dengan Edward, Raut kesal diwajahnya jelas terlihat.
Dong Joo menelpon seseorang, merencanakan agenda rapat dengan presiden direktur (kakeknya) tentang kegagalan pembelian kuda itu. Sementara Da Ji mengiring kuda nya dimasukkan ke mobil. Ia menoleh kearah Edward yang sedang menelpon. Selesai menelpon, Edward menghampirinya.
"Aku sangat berterimakasih pada mu ahjussi, kau benar-benar penyelamatku." ucap Da Ji
"Aku juga mempunyai hari yang baik karenamu Da Ji Ssi, Benar-benar baik." kata Edward seraya tersenyum. Da Ji tersipu malu, tapi raut wajahnya berubah saat melihat Dong Joo sedang berjalan dengan wanita yang ia temui dikamar Dong Joo itu,
Edward mengikuti arah pandangan Da Ji dan melihat mereka "Apakah itu yang kau sebut tempo hari?"
Da Ji mengangguk. Dong Joo melihat Da Ji, bahkan dengan sengaja memegangi bahu wanita itu. Melihat ini, Da Ji menundukkan kepalanya. Melihat ini, Edward turun tangan, ia melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Dong Joo. Dong Joo melihat itu, Ia menjadi panas.
"Ia cantik dan juga memiliki selera pakaian yang bagus. Tapi menurutku, Kau lebih menarik." Edward menghibur Da Ji.
"Ah... kenapa kau mengatakan hal seperti itu tiba-tiba?" Da Ji malu -malu.
Lalu Da Ji mengantar Edward ke mobilnya. Da Ji memuji mobil Edward, "Kau pasti mendapatkan banyak uang karena membalap kuda" ucapnya kagum. Edward tersenyum mendengarnya. Da Ji lalu menyerahkan kartu nama, mengatakan ia bekerja pada sebuah peternakan di pulau Jeju. Ia juga berjanji akan menjad spesiall guide jika Edward datang berkunjung ke peternakannya. Edward masuk kemobilnya, dan mereka berpisah.Dikantornya, Ayah Dong Joo mendapat masalah dari mantan istrinya (Ibu Dong Joo) yang menginginkan sebagian dari total aset perusahaan miliknya. Padahal sebelumnya ayah Dong Joo terkesan memandang rendah sang istri.
Dibandara, Da Ji mendapat kejutan. Dokter yang menangani kuda mereka telah menunggunya. Sang Dokter itu jelas menunjukkan kekagumannya pada Da Ji karena hasil lelang itu. Lebih jauh, sang dokter sepertinya tertarik pada Da Ji. Awalnya Da Ji kaget dan juga kikuk, tetapi tidak lama kemudian ia berkata, "Aku sudah menikah". Saking kagetnya, Sang Dokter mengerem mendadak mobilnya.
"Me.. Menikah.. Artinya.. " Sang Dokter terbata-bata berbicara.
"Ah.. Tapi telah bercerai, setelah menikah 6 bulan." jawab Da Ji canggung melihat reaksi dokter itu. "Bagaimanapun juga itu masa lalu..." Sambungnya.
Dong Joo sedang tertidur, tetapi dibangunkan oleh ibunya. "Sudah jam 6, apa kau tidak akan pulang?" tanyanya pada Dong Joo.
"Kenapa? Apa ibu akan bertemu pacar ibu?" Dong Joo balik bertanya. (Whoa.. berani sekali nanya begini ke nyokap, kalo aku sih ga bakal berani. ckckck)
"Yah.. tutup mulutmu.. Apa perlu kalau kita makan dulu sebelum kau pergi? Disana ada toko yang menjual makanan enak."
"Tidak perlu" ucap Dong Joo sambil bangkit. "Omma (Ibu), apa kau bahagia seperti ini?" tanya nya kemudian.
"Hmm.. sangat bahagia." Ucap sang ibu.
"Aiissh... Ini bukan permainan, Lebih baik cepat akhiri semua ini dan pulang kerumah. Menggunakan surat refleksi diri sama saja artinya dengankau mengembalikan suamimu hanya untuk biaya hidup, apa itu masuk akal?"
"Ayahmu telah melakukan banyak hal, dan ia harus minta maaf pada ibu. Ibu bisa apa? Satu-satunya hal yang bisa mengontrol ayahmu adalah uang." Dong Joo tersenyum mendengar ucapan ibunya.
"Apakah kau tidur dengan Jin Young?" Tiba-tiba ibu nya bertanya. Seketika Wajah Dong Joo berubah. "Setelah bercerai, aku pikir kau tidak akan pernah menyukai seseorang lagi. Meskipun aku berterima kasih karena ia 'membebaskanmu' tapi sepertinya cintamu hanya sepihak, itu membuatku sedih " kata ibunya itu.
"Ehm.. Ehmm..." Dong Joo berdehem gugup, "Sebaiknya kita tidak perlu terlalu blak-blakan" ucapnya lagi.
"Apa kau bahagia?" tanya sang ibu.
"Kenapa tiba-tiba menanyakan hal seperti itu?" Dong Joo tertawa.
"Hidup itu singkat, kau harus berbahagia... Ibu hingga setua ini, melakukan semua hal untuk kebahagian."
"Aku akan pergi ke Pulau Jeju, Kakek mengancam akan mencabut kartu kreditku."
"Kau.. berapa lama kau akan terus begini?" Keluh sang ibu.
"Kakek memintamu sering-sering menelpon." Dong Joo berdiri, dan mencium lembut pipi ibunya. "Nyonya Li jaga dirimu, jangan bertemu laki-laki sembarangan." ujarnya sebelum pergi. Ibunya tertawa mendengar ucapan Dong Joo.
Kakek Dong Joo tengah memimpin rapat, seorang karyawan sibuk menguraikan presentasinya, akan tetapi tiba-tiba memberikan isyarat tangan dan lampu kembali menyala (dengan kata lain, menghentikan presentasi itu). "Pada pembelian semua resort ini saja telah menelan biaya sangat banyak, Mengapa kita harus memperluas lahan untuk skala biaya yang semahal ini ?" Ujar kakek Dong Joo.
"Ah... Golf, tunggangan kuda, akan menuntun resort kita menjadi resort top di Asia, Uang ini masih belum cukup, presiden.." Ayah Dong Joo mengemukakan pendapatnya. "Para investor menginginkan resort top kelas dunia..." Belum sempat ayah Dong Joo menyelesaikan ucapannya, kakek Dong Joo memotong ucapannya. "Teratas.. Terbaik... Keadaan yang saat ini telah sangat bagus.."
"Tetapi presiden, proposal dari investor luar telah diverifikasi oleh sidang dewan, Utusan dari perusahaan US FRIEND juga disini." Seorang karyawan angkat bicara.
" Setelah mendengar FRIEND berinvestarsi di Resort kelas atas, banyak investor yang akan berinvestasi diresort kita." Ayah Dong Joo membela ucapan si karyawan itu.
Dong Joo tiba diresort bersama asistennya. Asisten itu mengatakan sebaiknya Dong Joo mengecek pembelian peternakan yang akan mereka beli secepatnya. Dong Joo kesal, dan meminta asistennya itu menanganinya sendiri. Ia melangkah hendak pergi, "Anda... apakah anda telah membeli kuda volpony itu? Presiden..... Ah ini tidak akan membuat nyaman" kata asistennya gugup. Dong Joo menghela napas kesal.
"Ayo... Ayo Paulist jalan..." Da Ji menyeret kuda barunya itu. Ia menepuk-nepuk sang kuda. "Aigo, sepertinya anak ini belum beradaptasi pada lingkungan barunya. Ayo paulist jalan..." Da Ji berusaha menyeret kudanya yang tidak mau beranjak. Ahjusshi tegak berpangku tangan melihat usaha sia -sia Da Ji, "Bicara tentang perbedaan waktu, Australia dan Korea hanya punya perbedaan waktu 2 jam. Aku tahu dengan sangat jelas Da Ji.." Ahjusshi itu mencemooh Da Ji. Da Ji menyengir, "Lihat Ahjusshi, karena perubahan lingkungan yang mendadak, mental kuda ini masih belum...." Ahjusshi itu cepat-cepat memotong ucapan Da Ji, "Aigo, Kau hanya tahu bagaimana cara membual.. Jangankan berlari, kuda ini bahkan tidak bergerak sedikitpun, Kau hanya membawakanku kuda yang hanya bisa makan, minum, dan buang kotoran. Aku.. aku tidak akan memberikanmu 5.000.000, Pertama, serahkan beban bidang 2000 kuda..." Da Ji kaget mendengarnya..
"Ahjusshi.. seminggu lagi.. Berikan aku waktu seminggu lagi." Da Ji memohon. "Kuda ini masih butuh waktu untuk adaptasi..."
"Adaptasi apa? Kau pikir ini ARMY?"
Telepon Da Ji berbunyi, orang yang ditelpon mengatakan padanya bahwa ia telah membeli kuda vony colt, Da Ji mengatakan kuda itu tengah hamil dua bulan. Tetapi Da Ji terkejut, orang yang ditelepon mengatakan sesuatu padanya.
Disekolah, seorang gadis tengah memberikan arahan pada teman-teman nya yang hendak difotoinya. Selagi mereka berdebat, Gadis itu akhirnya marah karena kameranya dikatakan kamera rusak oleh salah seorang temannya. "Kau tahu berapa harga kamera ini?" ucap gadis itu marah.
"1.000.000 Yuan... " seseorang menyahuti ucapan itu. Gadis itu menoleh kearah suara, mendadak gugup melihat Da Ji dengan ekspresi angker berdiri didepan pintu. "Kau anak bandel, Kau sangat pintar bahkan menjual kuda yang belum lahir." ujar Da Ji pada gadis yang tidak lain adalah adiknya itu. Sang adik berusaha cool, "Ayo keluar sebentar." ucapnya. Da Ji menggertakkan kepalanya, melihat itu, adiknya melangkah mundur... "Kau... Jangan lari...." tetapi adiknya telah lari lebih dahulu. Terjadilah kejar-kejaran adik beradik disekolah itu.
Da Ji menang, adiknya dihukum. "Kau gadis kecil.. Setelah aku pergi ke Seoul, berapa besar kau membuat kakakmu khawatir aku bahkan tidak perlu berpikir untuk tahu." Ayah nya mengomeli adik Da Ji.
"Aku satu-satunya yang membiarkan kakak khawatir? Ayah membuat tanggungan yang salah, untuk membayar hutang itu...." Adik Da Ji berhenti berbicara melihat ayahnya menundukkan kepala. Ia terlihat menyesal dengan ucapannya. Da Ji datang membawa keranjang, Adiknya menatap dengan penuh kekesalan.
"Dia telah memanggil Mr. Jin, dan setuju untuk mengembalikan uang itu.... Ayah minta maaf padamu." Ayah Da Ji memegang bahu Da Ji.
"Ayah.. Aku sangat bahagia saat ini, Keluarga kita sehat, semua hal dipertenakan ini juga berjalan lancar. Apa lagi yang aku perlukan?" Da Ji menghibur ayahnya, tetapi sang adik diam-diam mencemooh ucapannya itu.
"Ayah.. Mengambil foto juga bisa menghasilkan uang, jika kita bisa membantu turis mengambilkan foto." Adik Da Ji mencoba memenangkan hati ayahnya. Da Ji pun membantuk adiknya berbicara "Karena Dou Ji benar-benar menyukai fotografi, ia bisa membantu pengunjung mengambil gambar diakhir minggu dan menguploadnya di website kita, bukankah itu ide yang bagus? Ini juga bisa membantu mempromosikan peternakan kita." ucapnya pada ayahnya. Dou Ji mengangguk-angguk menyetujui ucapan kakaknya.
Sebuah mobil memasuki peternakan, Dong Joo keluar dari mobil itu. Asistennya mendekat, "Peternakan ini mengadaptasi konsep peternakan di Amerika, menduduki 30% peternakan yang kita beli." kata asistennya itu.
"Kenapa ini membeli ini?" tanya Dong Joo
"Pemandangan disekitar sini luar biasa..." selagi asistennya berbicara Dong Joo sudah beranjak pergi.
Da Ji masih dalam usaha menyeret kudanya yang tidak berhenti makan itu (Hhahahaha...). Putus asa, ia memarahi kudanya itu, dan menantang siapa yang akan menang diantara mereka. Ia menyeret kudanya kuat-kuat, tiba-tiba ia melihat Dong Joo, disaat yang sama Dong Joo melihatnya. Dong Joo berjalan kearah Da Ji, "Kenapa kau ada disini?" tanya Da Ji.
Jangan bilang kau kesini untuk melihatku." seketika saja narsis nya kambuh. (wkwkwkw... Da Ji.. ckckck)
"Kenapa kau disini?" Dong Joo balik bertanya.
"Aku pemilik peternakan ini, jelas aku ada disini. Kenapa? Apa kau berencana membuatku pergi lagi?"
Dong Joo tidak menjawab, tetapi bertanya pada asistennya. "Apakah ini yang kita beli?"
"Ya.. mulai dari mulai dari konstruksi depan." jawab asisten Dong Joo
"Dari konstruksi depan? Kami baru saja membelinya kembali seminggu yang lalu" kata Da Ji.
Kening Dong Joo mengkerut, "Tanah yang kami beli, peternakan 48-3" kata asisten Dong Doo.
"Peternakan 48-3? Disini... Jelas disini." kata Da Ji. Dong Joo menyadari ada yang tidak beres, "Apakah dalam hal itu, pelatih kuda Park yang mengatakan menjual bagian tanah ini?" tanya Da Ji.
"Apa sudah kau konfirmasi?" tanya Dong Joo pada asistennya.
"Ini...Ini bukan kontrak yang aku tanda -tangani secara lansung, tetapi melalui perantara." Jawab asistennya bingung.
"Aku bertanya padamu, apa kau yakin telah dikonfirmasi?" Dong Joo membentak asistennya itu. Da Ji mendekati Dong Joo dan berbisik "berdasarkan apa yang aku pikir, sepertinya kau telah ditipu." katanya pada Dong Joo. "Aku sebenarnya mendengar orang-orang ingin membeli peternakan ini, tetapi aku menandatangani kontrak seminggu yang lalu." ucapnya lagi. Dong Joo terkejut mendengarnya.
Da Ji berusaha menelpon orang yang memberikan kontrak padanya (Tuan Park), namun tidak ada jawaban. Akhirnya mereka berbincang, Da Ji mengatakan sekarang dirinya adalah Dokter Hewan. Asisten Dong Joo datang membawakan dokumen, yang menyatakan perusahaan mereka telah sah menjadi pemilik peternakan itu atas nama Han Dong Joo, Dong Joo terkejut karena namanya ada dikontrak itu sementara ia tidak tahu menahu.
Da Ji pun panik, berusaha menelpon tuan Park tetapi tetap tidak ada jawaban. Ia berlari keluar, disaat yang sama, Edward datang dan memasuki resort. Ternyata Edward lah yang menjadi utusan perusahaan FRIEND dan rapat dengan Dong Joo.
Da Ji berlari ke rumah tuan Park, tetapi yang ia temukan adalah sekelompok orang yang juga mencari tuan Park, yang jelas-jelas juga mereka ditipu!. Da Ji lunglai, tidak menyangka ia akan menemukan hal seperti ini.
Edward menemui Dong Joo, Dong Joo jelas kaget karena tidak menyangka Edward lah utusan dari perusahaan Friend yang akan meeting dengannya. Ketidaknyamanan jelas terlihat diwajahnya, (mungkin karena kejadian di Australia). Asisten Dong Joo mengenalkan Edward, Edward pun mengenalkan dirinya pada Dong Joo, "Senang bertemu denganmu, Aku Seo Yun Ho." (Yapp.. akhirnya ia menggunakan nama korea nya. Mulai sekarang kita akan mengenal Edward ini sebagai Seo Yun Ho.).
Dalam rapat, Dong Joo sedikit kikuk, tidak begitu dengan Yun Ho (Ehh.. kok namanya kek nama u-know yunho oppa yah? ckckckck). Ia terlihat santai, bahkan dalam rapat seolah tidak ada apa-apa, bisa jadi juga ia tidak ingat dengan kejadian antara ia - Da Ji - Yun Ho - diaustralia beberapa waktu lalu itu.
Yun Ho dan asistennya terlibat pembicaraan mengenai rapat yang mereka lakukan sebelumnya. Asisten Yun Ho menerangkan tentang asosiasi Dong Joo, Bahwa sebenarnya yang memegang tampuk kendali Lee Tae Han, bahkan Dong Joo tidak punya kendali sedikit pun pada perusahaan Dong Ren Group. Yun Ho berkata, "jika seperti itu bukankah namanya merendah kan kita dengan mengirim Dong Joo dalam rapat pertama", Asistennya tersenyum tipis, "Selama periode ini, kita diberikan pelayanan, dan hanya akan menghadiri konferensi orang dalam." ujar asisten itu. Yun Ho mengangguk, "Baiklah... kita lihat saja sebagus apa tempat yang mereka beli." ucapnya kemudian.
Dipeternakan, Da Ji tidak luput dari masalah, Tuan Yang menuntut uang nya dikembalikan, karena kuda yang dibeli Da Ji masih tidak menunjukkan perubahan. Da Ji berusaha membujuk tuan Yang, namun tuan Yang tidak bergeming sedikitpun, akhirnya Da Ji mengambil langkah seribu. "Ahjusshi... tunggu hingga aku kembali aku pasti akan....." Teriakan Da Ji terhenti karena ia menabrak seseorang. Ia adalah Yun Ho. Da Ji meringis kesakitan.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Yuh Ho
"Hah..?" Da Ji kaget, tetapi wajahnya berubah girang melihat orang yang ditabraknya tidak lain dan tidak bukan adalah sang penolongnya di australia. "Ahjusssi...." Da Ji berteriak girang.
Bersambung....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar