“The One Who Makes My World Shining”
Annyeonghaseyo. Hahaha... Ini adalah FF pertamaku lho. Harap dimaklumi yah..kalau sedikit lebay dan gak nyambung ceritanya. Sebenernya sih bikin nih FF cuma sekedar iseng dan cuma kepingin ikut-ikutan. Hehehe… ceitanya juga radak mbulet. Tapi lumayan menarik sih *pede bgt ni orang, hahaha*. Ceritanya cuma sekitar kehidupan para remaja yang sudah tak asing lagi. Kalau mau tau, langsung baca ajah yah.. J
Annyeonghaseyo. Hahaha... Ini adalah FF pertamaku lho. Harap dimaklumi yah..kalau sedikit lebay dan gak nyambung ceritanya. Sebenernya sih bikin nih FF cuma sekedar iseng dan cuma kepingin ikut-ikutan. Hehehe… ceitanya juga radak mbulet. Tapi lumayan menarik sih *pede bgt ni orang, hahaha*. Ceritanya cuma sekitar kehidupan para remaja yang sudah tak asing lagi. Kalau mau tau, langsung baca ajah yah.. J
^_^
Hanyoung Senior High School adalah SMA favorit semua murid SMP di Korea. Setahun yang lalu, Shin Ah Rin, Kim Hyun Jie, dan Kim Hyun Ah berusaha keras untuk dapat bersekolah disitu. Mereka sudah berteman sejak di SMP, dan untunglah mereka bertiga bisa sama-sama berhasil diterima di Hanyoung Senior High School. Selain mereka, ada murid cowok dari sekolah mereka yang ternyata juga diterima disekolah favorit itu, mereka adalah Park Hyun Cheol, Lee Su Hoon. Mereka jadi lebih akrab daripada saat di SMP, meskipun mereka sekarang tidak sekelas. Selain itu mereka juga mendapat teman baru bernama Jeon Jihwan, dan seorang lagi adalah adik sepupu Hyun Jie yang bernama Lee Injoon.
Mereka sering bersama sampai akhirnya terjadilah cinta antara mereka. Meskipun cinta tersebut tidaklah bisa sesempurna seperti yang mereka inginkan…. J
***
Saat Shin Ah Rin turun dari bus, Jihwan sudah menunggunya. Ia menyambut Ah Rin dengan senyuman yang sangat manis. Mau tak mau, Ah Rin pun ikut tersenyum melihat wajah Jihwan yang seperti seorang anak berumur 5 tahun yang sedang merayu eomma-nya untuk dibelikan permen. :D *bisa bayangin ga tuh… J
“Kenapa kau tertawa, Ah Rin? Apa ada yang lucu dariku?” tanya Jihwan dengan polosnya.
“Aniyo, hanya saja…wajahmu membuat aku tertawa sendiri. Hahaha..” *gila kali nih orang*
“Haisshh. Kau kira aku ini badut? Tapi..tak apalah, melihatmu tertawa aku ikut senang,”
Tiba-tiba Kim Hyun Jie dan Kim Hyun Ah memanggil Ah Rin.
“Ah Rin-a,” teriak Hyun Jie dan Hyun Ah sambil berlari menyusul Ah Rin dan Jihwan.
“Kalian kenapa menyusul kami?” kata Jihwan.
“Memangnya kenapa? Aku mau menyusul Ah Rin temanku, bukan mau menyusulmu. Khajja, Ah Rin-a,” kata Hyun Jie sedikit sebal, sambil menggeret tangan Ah Rin.
“Hai, Jihwan-a. Kata-kata Hyun Jie jangan dimasukkan ke dalam hati ya. Dia orangnya memang begitu,” kata Hyun Ah.
“Ne, aku sudah tau dari dulu. Su Hoon hyung sering bilang padaku,”
“Hah? Su Hoon oppa?”
Jihwan mengangguk, “Kenapa memangnya?”
“Ehm..dengar-dengar si Hyun Jie pernah menyukainya lho,”
“Jeongmal?”
“He’em, jangan bilang siapa-siapa ya, nanti aku yang disalahkan. Hehehe,”
Mereka berdua sampai di kelas, kebetulan Hyun Ah dan Jihwan adalah teman sekelas, dan Park Hyun Cheol juga. Sedangkan Ah Rin sekelas dengan Hyun Jie. Dan Su Hoon sekelas dengan Injoon.
***
“Kau sekarang tiap hari berangkat bersama Jihwan?” tanya Hyun Jie.
“Aniyo, Jie. Dia hanya menjemputku di halte bus, tadi,”
“Lama-lama bisa saja dia minta berangkat bersamamu,”
“Sudahlah Jie, jangan bahas dia,”
“Memangnya perasaanmu ke dia, bagaimana, Ah Rin?”
“Jieee!” teriak Ah Rin kesal.
“Sudahlah, jawab saja. Aku janji ini pertanyaan terakhir dariku….”
“Ehm…aku hanya menganggapnya teman, Jie,”
“Kalau dia menyatakan perasaannya padamu? Apa tindakanmu?”
“Jie kau bilang tadi pertanyaan terakhir! Aku tak mau jawab,”
Ah Rin keluar dari kelas, ia kesal dengan pertanyaan-pertanyaan Hyun Jie yang konyol. Saat ia sedikit berlari di depan pintu tiba-tiba ia menabrak seseorang.
Brukk..
“Auw..” teriak Ah Rin.
“Mianhae,” kata seorang lelaki dan ia segera membantu Ah Rin berdiri.
Ah Rin bengong beberapa saat, kemudian ia tersadar ia masih memegangi tangan lelaki itu.
“Mmh, aku yang minta maaf padamu,” setelah membungkukkan badan, Ah Rin segera berlari ke toilet dengan muka merah karena malu.
Laki-laki itu hanya memandangi Ah Rin dari belakang. Ia tersenyum, teringat muka merah gadis itu. Ia langsung teringat pada tujuan utamanya, Bang Seongsaenim.
***
Suasana kelas XI-2 sangat sunyi, hanya suara Jung Ha Jae seongsaenim yang terdengar. Tiba-tiba ada seorang guru yang mengetuk pintu, ia tak sendirian…ia bersama seorang murid yang...
“Omoena..kenapa dia bisa kesini?” kata Ah Rin sambil menutup wajahnya dengan buku.
“Kau kenapa, Ah Rin?” tanya Soo Kyung, teman sekelasnya yang duduk dibelakang Ah Rin.
Ah Rin hanya menggeleng, dan tersenyum dengan sedikit paksaan.
“Ini adalah murid yang akan gabung dengan kelas kalian mulai hari ini,” jelas Kang Yong Joon seongsaenim.
“Annyeonghaseyo, je ireumeun Woo Hyunmin imnida, Ilbon wasseomnida,”
“Nah, kalian mohon bantu dia untuk beradaptasi. Arasseo?”
“Ne, saem,” jawab semua haksaeng.
“Baiklah, cepat cari tempat duduk, Hyunmin,”
Woo Hyunmin berjalan kearah Ah Rin. Ah Rin pun ketakutan, dan ia melirik bangku sebelahnya yang kosong. Ternyata benar dugaannya, Hyunmin akan duduk disitu. Duduk di bangku sebelahnya dan dibelakang Hyun Jie. Hyunmin sudah pasti mengenalinya, ia tersenyum pada Ah Rin.
“A..eotteokae... membuatku malu saja,” batin Ah Rin.
Ah Rin melihat Hyun Jie menoleh kebelakang, mungkin mengajak kenalan.
“Kim Hyun Jie imnida,”
Ah, si Jie..pada lelaki tampan, langsung bersikap sok manis begitu, batin Ah Rin.
“Hyunmin,” kata Hyunmin dengan tenang dan dengan ekspresi cool tentunya. Ia langsung menoleh ke arah kirinya.
“Annyeonghaseyo, ireumi mwoeyo?”
“Shin Ah Rin,” jawab Ah Rin dengan sangat singkat.
“Mannaseo bangabseumnida, Ah Rin-a,”
‘Nih orang sengaja membuatku semakin malu yah’ kata Ah Rin dalam hati.
***
Teetttt…bel istirahat berbunyi, Ah Rin langsung berlari keluar dan menuju kantin. Hyun Jie pun menyusulnya.
Di meja, ia hanya mengaduk-aduk minumannya.
“Kau kenapa sih, Ah Rin?” tanya Hyun Jie penasaran.
“Aku malu sekali, Jie. Tadi aku menabrak Hyunmin saat ia belum ke kelas tadi pagi,”
“Ou..jadi itu masalahnya. Kau ini sukanya membesar-besarkan saja. Sudahlah, belajarlah untuk menjadi orang yang cuek,” nasihat Hyun Jie *sepertinya itu nasihat yang sesat, jangan ditiru ya, chingu :D
Tiba-tiba Jihwan, Hyun Ah, dan Hyun Cheol duduk di samping Hyun Jie dan Ah Rin. Tentu saja Jihwan memilih duduk disebelah Ah Rin. Setelah itu, Su Hoon dan Injoon meyusul.
“Kalian mau pesan apa? Biar aku pesenin,” kata Injoon.
“Wah kau baik sekali Injoon. Mmh..Orange juice aja deh,” puji Hyun Ah.
“Kalian?”
“Terserah kau saja,” jawab Jihwan, Hyun Cheol, dan Su Hoon.
Tiba-tiba Hyun Jie melihat Hyunmin yang sepertinya kebingungan untuk mencari tempat duduk.
“Hyunmin-a. Kemarilah,” teriak Hyun Jie.
“Jie, kenapa kau memanggilnya?” bisik Ah Rin.
Belum sampai Jie menjawab, Hyunmin sudah duduk di depan Ah Rin. Ah Rin pun hanya bisa tersenyum paksa pada Hyunmin.
“Kau boleh bergabung dengan kami. Kau tak perlu malu. Ara?” kata Hyun Jie dengan nada (sok) ramah. J
“Ne,” jawab Hyunmin singkat.
“Dia siapa, Jie?” tanya Su Hoon.
“Dia teman baruku dan Ah Rin. Ya kan , Ah Rin?”
Ah Rin hanya mengangguk. Injoon pun membagikan minuman yang dipesan oleh teman-temannya.
“Wah, ada teman baru ya, Injoon imnida. Kau?”
“Woo Hyunmin”
“Mannaseo bangabseumnida, Hyunmin-a,”
Suasana istirahat pun jadi semakin ramai karena kehadiran Hyunmin. Ternyata dibalik sifatnya yang cool, Hyunmin bisa tertawa juga J. Sesekali Ah Rin tak sengaja bertatapan dengan Hyunmin. Dan sesekali pula, ia melihat senyum Hyunmin yang begitu indah. Jantungnya berdetak kencang. ‘Aishh, kenapa aku ini. Padahal aku sering sekali melihat cowok tertawa seperti itu, kenapa aku deg-degan gini sih’ kata Ah Rin dalam hati.
***
Saat bel pulang sekolah, Jihwan sudah nangkring di depan pintu kelas Ah Rin.
“Ah Rin-a,” sapanya.
“Kau pulang sama dia, Ah Rin?” tanya Hyun Jie.
“Ne, Jie. Annyeonghi gaseyo,” kata Ah Rin sambil melambaikan tangannya pada Hyun Jie.
Saat Ah Rin dan Jihwan sudah berlalu, Hyunmin bertanya pada Jie.
“Mereka berpacaran?”
“Aniyo. Tapi mereka sangat dekat, dekat sekali,”
Hyunmin mengangguk pelan. Ia tak tau kenapa ia bisa langsung suka pada seorang gadis yang baru tadi pagi ia temui. Dan ternyata gadis itu sudah mempunyai teman yang bisa dibilang special. *kaciiaann, sini Hyunmin..ma aku ajja :D
“Wae, Hyunmin? Kok tiba-tiba kau bertanya seperti itu,”
“Aku hanya penasaran saja. Geurae, aku pulang dulu, Hyun Jie,”
***
Di dalam bus,
“Hoammh, aku ngantuk sekali,” kata Ah Rin sambil menguap.
“Tidurlah. Nanti akan kubangunkan,” kata Jihwan.
Ah Rin pun tidur, sesekali kepalanya terpantuk-pantuk. Karena tidak tega melihat Ah Rin begitu, akhirnya Jihwan menyandarkan kepala Ah Rin di bahunya. Diamatinya wajah gadis itu dari jarak yang sangat dekat. Jantungnya berdetak kencang. ’Kenapa aku ini. Bukankah aku sudah sering melihat wajahnya…dan kenapa aku baru sadar bahwa dia memiliki wajah seperti bidadari apalagi dalam keadaan tidur seperti ini, yeppeo... Ah Rin-a…saranghanikka?’ kata Jihwan pelan. Jihwan membelai pelan wajah Ah Rin. Dan ia mencium kening gadis itu. Ia tersadar kalau ini sudah terlewat dari rumah Ah Rin. *so sweet…tapi Ah Rin pasti bakalan marah setelah itu, begok sih si Jihwan.. :D
“Ahjeossi..stop,” teriaknya.
Setelah bus berhenti, ia pun membangunkan Ah Rin. Mereka turun dari bus, karena nyawa Ah Rin belum sepenuhnya terkumpul, ia tidak sadar bahwa rumahnya sudah terlewat. Sampai akhirnya..
“Jihwan-a, kenapa kau tidak membangunkanku. Kita jadi jalan lagi nih,” gerutu Ah Rin sambil memukul bahu Jihwan.
“Mianhae, Ah Rin-a. aku juga beru tersadar,”
“Memangnya kau tadi ngapain saja, hah?” setelah mencerna kata-katanya sendiri, ia pun berkata, “Ouh, kau tidak ngapa-ngapain aku kan?”
“Aniyo, kau jangan menuduhku yang tidak-tidak. Itu fitnah namanya,”
“Haissh, habis wajahmu mencurigakan sekali. Lain kali aku nggak mau kau anterin pulang lagi. Sudah, pulanglah sana,” kata Ah Rin saat sudah sampai di depan rumahnya.
“Kau tidak berterimakasih padaku?”
“Sudah telat bangunin, sekarang minta ucapan terimakasih! Huh..geurae,..gomawo!” kata Ah Rin dengan sangat tidak ikhlas *mpe manyun-manyun tuh bibir :D
“Cheonma, Ah Rin-a. Hahahaha ,”
‘Wajahnya lucu sekali saat marah seperti itu’ Jihwan pun jadi tertawa sendiri. Biarlah orang menganggapnya gila, tapi dia memang lagi gila karena cinta. J *lebay
***
Saat pagi-pagi dikelas, Ah Rin curhat pada Hyun Jie tentang kejadian kemarin. Karena belum ada seorang teman sekelasnya yang datang, ia pun cerita dengan suara yang tidak bervolume kategori bisik-bisik.
“Aku sebal sekali dengan Jihwan. Dan sepertinya aku kapok sekali pulang bareng dia. Oh ya, Jie, kemarin kan aku tidur di bus terus sepertinya aku mendengar kalau Jihwan bilang wajahku seperti bidadari, dan sepertinya dia juga bilang kalau ia menyukaiku. Apa itu benar atau mimpiku saja ya?” tanya Ah Rin bingung.
Tiba-tiba Hyunmin datang, Ah rin pun takut kalau Hyunmin mendengar semua ucapannya. Ia tak mau nanti ia dikira orang yang suka kege’eran.
“Pagi, Hyunmin,” sapa Hyun Jie.
“Pagi, Hyun Jie. Pagi, Ah Rin,”
“Pagi, Hyunmin-a,” sepertinya Ah Rin sudah melakukan saran Hyun Jie -belajar jadi orang cuek- ia sudah tak malu lagi pada Hyunmin, lagipula sepertinya Hyunmin tak mempermasalahkan kejadian kemarin pagi.
Jadilah Ah Rin tak melanjutkan ceritanya pada Hyun Jie. Ia pun pergi ke taman sekolah. Ia suka menghirup udara segar di pagi hari.
“Morning, Ah Rin-a,” sapa Jihwan.
“Oh, Jihwan-a, kenapa kau disini?” protes Ah Rin.
“Memangnya tak boleh? Aku juga membayar untuk bisa duduk disini,”
“Tapi kan..masih banyak tempat duduk yang kosong,” kata Ah Rin sambil menunjuk tempat duduk yang kosong di sekitarnya.
“Aku hanya tak mau membiarkan seorang gadis duduk sendiri ditempat sesepi ini,”
“Huh, berlebihan sekali,”
“Kau kenapa sih, Ah Rin-a? Kau masih marah padaku?”
“Menurutmu?”
“Ah Rin-a, jeongmal mianhae. Aku janji tak akan seperti itu lagi,” wajah Jihwan benar-benar seperti anak umur 5 tahun, ia mengacungkan jari telunjuknya. J
“Hahahaha…kau ini..selalu bisa membuatku jadi tertawa, padahal kan niat awalku mau marah,” *yang begok sapa sih… :D
Hyunmin melihat gadis itu tertawa lepas, sangat natural. Ia ingin lebih dekat dengan gadis itu, tapi apakah bisa, tanya Hyunmin pada hatinya sendiri.
Hyunmin dilahirkan sebagai anak tunggal seorang pengusaha kaya yang tinggal di Jepang. Dari kecil ia selalu kesepian. Appa-eomma-nya selalu sibuk sendiri. Waktu kecil, ia diasuh oleh seorang pengasuh bayi, namun saat dirasa sudah dewasa oleh eomma-nya, pengasuh itupun diberhentikan. Jadilah sampai sekarang ia sendirian, dan sebab itu ia tumbuh menjadi cowok yang pendiam. Sekarang saat ia di Korea, ia tinggal di sebuah apartement mewah. Sebenarnya, eomma-nya tak mengijinkan namun Hyunmin memaksa dan ia diijinkan. Ia berfikir, di Jepang ia tak sendirian namun tetap merasa sendirian. Sedangkan di negara kelahirannya, Korea..ia memang sendirian dan ia merasa itu jauh lebih baik.
***
Saat di kelas, Kang Yong Joon seongsaengnim memberikan tugas, ia memang begitu..cara mengajarnya begitu santai.
“Kalian hanya perlu mengejarkan tugas ini. Dan dikerjakan secara berkelompok. 1 kelompok terdiri dari 2 orang. Dan saya sudah menentukan kelompok-kelompok itu. Kalian jangan protes. Dan...semua jawaban dari soal ini, silahkan kalian cari referensinya di perpustakaan. Terakhir dikumpulkan besok lusa. Arasseo??”
“Ne, saem,” jawab semua murid.
“Han Ji Hwa dengan Lee Ha Woon. Choi Sang Mi dengan Song Rae In. Kim Hyun Jie dengan Park Hyeo Seok. Shin Ah Rin dengan Woo Hyunmin. Sung Ha Kyeo dengan Lee Su Ki, dll…… baiklah, sekarang kalian cepat ke perpustakaan. Kalian baru boleh keluar darisana saat bel istirahat,”
“Yah..kenapa aku tidak sekelompok denganmu, Hyun Jie-a,” kata Ah Rin mengeluh.
“Sudahlah, kau masih beruntung dengan Hyunmin. Sedangkan aku?? Dengan si Hyeo Seok yang sok tampan itu. Huh,”
Mereka sekelas langsung menuju ke perpustakaan, Hyun Jie dan Ah Rin berjalan dengan tidak bersemangat.
***
“Kau duduk saja, biar aku yang cari bukunya,” kata Hyunmin pada Ah Rin.
“Enak juga berkelompok dengannya. Hahaha,”
Beberapa saat kemudian Hyunmin sudah membawa buku yang sangat banyak ditambah lagi, buku itu tebal sekali. Ah Rin yang selama ini jarang membaca buku, langsung shock.
“Kau yakin mau mencari jawaban di semua buku ini?”
“He’em. Waeyo?”
“Jujur, aku shock sekali. Sebelumnya aku tak pernah membaca buku seperti itu. Harap maklum ya. mungkin kau kan menyesal berkelompok denganku. Hehehe,”
“Hahaha, tak apa, ini kan tugas berkelompok. Aku yakin kita bisa menyelesaikannya J”
“Ne, Hyunmin. Tapi, aku masih belum yakin,” kata Ah Rin denga muka pesimis.
Mereka pun asyik mencari jawaban. Sesekali Ah Rin juga mengajaknya ngobrol.
“Waktu aku SMP nih, pernah aku melihat cowok tampan, sampai asyiknya liat tuh cowok, aku sampai lupa bahwa di depanku ada sungai, dan waktu itu aku naik sepeda..yah..aku jatuh ke sungai itu, dan cowok yang aku liat itu ternyata melihatku terjatuh, ia tertawa kencang sekali, wajahku sampai merah kehitaman. Hahahaha, sampai sekarang aku sedikit sebal kalau melihat cowok tampan,”
Hyunmin tertawa terbahak-bahak. Mereka tertawa sampai lupa bahwa mereka sedang di perpustakaan.
“Sssttt. Kalian bisa diam tidak? Ini perpustakaan, ingat!” kata seorang penjaga perpustakaan itu.
“Ne, jeoseonghamnida,” kata mereka berdua disela-sela tawanya.
Ah Rin merasa pegal sekali, hampir 3 jam ia di perpustakaan. Ini pertama kalinya ia selama itu didalam perpustakaan. Sesekali ia menguap. Hyunmin pun maklum, mungkin Ah Rin bukan tipe cewek yang betah berjam-jam memelototi buku yang tebal-tebal. Hyunmin paham, gadis ini adalah gadis yang menghabiskan waktunya untuk berjam-jam berkumpul dan bergurau dengan temannya.
Baru hari ini, jam ini, menit ini, dan beberapa detik yang lalu, ia tertawa…tertawa dengan gadis yang ia sayangi, Shin Ah Rin. Mungkin Hyunmin adalah tipe lelaki yang tak mudah dekat dengan seorang gadis, apalagi sampai harus jatuh cinta, tapi ia merasa ada sesuatu yang berbeda jika ia dekat dengan Ah Rin.
“Hyunmin-a. kenapa kau melihatku sampai seperti itu? Ada yang aneh?”
“Eh, aniyo,” baru sekarang ini ia merasakan malu saat ia terpergok sedang memerhatikan gadis yang ia suka.
***
“Ah Rin-a, kau sudah selesai?” tanya Hyun Jie.
“Belum,”
“Yasudah aku ke kantin dulu ya,”
“Ye,”
Beberapa menit kemudian,
“Yuhuyyy, akhirnya selesai. Aku kira tugas ini nggak akan selesai hari ini. Hahahaha.. gomawo, Hyunmin-a,” kata Ah Rin dengan memasang senyum yang pastinya akan membuat Hyunmin senang.
“Jangan bilang begitu, ini kan tugas kita bersama. Lain kali kalau ada pelajaran yang kau kurang tau, kau bisa tanyakan padaku,”
“Ne, jeongmal gomawo. Kau baik sekali. Ayo kita ke kantin. Aku haus sekali,”
Ah Rin menggandeng tangan Hyunmin. Mungkin bagi Hyunmin itu pertama kalinya seorang perempuan menggandengnya, namun Ah Rin sih..sudah sering menggandeng tangan seorang laki-laki.
***
“Maaf terlambat. Ayo Hyunmin duduklah,” kata Ah Rin pada teman-temannya.
“Aku mau pesan minum dulu,” kata Ah Rin.
“Aku ikut, Ah Rin-a,” teriak Hyun Ah.
Saat mereka membeli minuman,
“Kau mau beli apa, Hyun Ah?”
“Aku mau bertanya padamu,”
“Lho, katanya kau mau beli minum? Ehm, kau mau tanya apa?” tanya Ah Rin dengan wajah innocent.
“Kau menyukai teman barumu itu?”
“Maksudmu Hyunmin? Waeyo? Apa kelihatan seperti itu?”
“Jadi benar?”
“Kau bicara apa sih, Hyun Ah,”
“Jawablah aku, Ah Rin-a,”
“Kau cemburu?”
“Aniyo, aku hanya tak mau kau permainkan perasaan Jihwan yang selalu baik padamu, tapi kau tak pernah memperdulikannya,” kata Hyun Ah dengan nada sinis, ia hampir membalikkan badan.
“Maksudmu?”
“Kau tak usah pura-pura bodoh Ah Rin-a, hanya orang buta yang tak tau bagaimana tatapan Jihwan selama ini padamu. Dan kau terlalu bodoh untuk tidak merasakan kebaikan yang telah ia lakukan padamu selama ini. Kau jangan pernah sakiti dia, kalau kau sampai melanggarnya..aku tak akan pernah menganggapmu sebagai temanku lagi. Arasseo?” bentak Hyun Ah, ia pun meninggalkan Ah Rin yang masih kebingungan.
“Tapi..Jihwan tak pernah bilang seperti itu. Ia tak pernah bilang bahwa ia menyukaiku. Hyun Ah, kenapa denganmu hari ini? Kenapa begitu jahat padaku,” setetes air mata Ah Rin pun terjatuh. Sebelumnya ia tak pernah bertengkar dengan temannya, apalagi Hyun Ah sudah dianggapnya sebagai saudaranya sendiri. Ia pun kembali ke tempat teman-temannya, ia tak mau ada yang curiga.
“Ah Rin-a, kau habis menangis?” kata Injoon.
“Aniyo, aku tadi cuci muka di kamar mandi,”
“Benar Ah Rin-a, kau menangis?” tanya Su Hoon.
“Aniyo, oppa. Sudahlah, kalian lanjutkan saja makannya. Aku ke kelas dulu,”
Jihwan pun mengejar Ah Rin,
“Ah Rin-a, Ah Rin-a, tunggu aku,” Jihwan berhasil mencekal tangan Ah Rin.
“Lepaskan aku, Jihwan-a. Gwaenchana. Kau tak usah mengkhawatirkan aku. Aku ingin sendiri, sekarang. Jebal..lepaskan aku,” tangis Ah Rin semakin deras, Jihwan tak tega melihatnya, ia pun memeluknya.
Hyun Ah melihatnya, melihat semua yang ada di depannya. Ia merasa menjadi orang yang paling rapuh saat ini. Ia tak kuat melihat ini semua, ia berlari ke halaman belakang sekolah. Ia berteriak sekencang-kencangnya. Ia tak tahan lagi…ia menangis, Hyun Cheol pun menghampirinya.
“Kau bertengkar dengan Ah Rin-a?” tanya Hyun Cheol sambil memegang bahu Hyun Ah.
“Kau tau kan oppa? Aku begitu menyayangi Jihwan, tapi Jihwan malah memberikan perhatian pada Ah Rin. Babo…jeongmal baboya,” kata Hyun Ah sambil memukul kepalanya sendiri..”Kenapa aku bisa sebodoh ini, kenapa aku mencintai orang yang sama sekali tak pernah melirikku bukan hanya sebagai temannya,”
“Tenanglah, Hyun Ah. Meskipun kau begitu marah pada Ah Rin, tapi tak seharusnya kau membencinya apalagi sampai membentaknya. Dia itu temanmu, teman baikmu kan? Kau tak boleh seperti itu,” Hyun Ah menangis di pelukan Hyun Cheol.
‘Asal kau tau, Hyun Ah..aku juga sering sakit hati sepertimu. Tapi lebih baik aku melihatmu tertawa bersama orang yang kau cintai daripada aku harus melihatmu menangis karena orang yang kau cintai itu’ kata Hyun Cheol dalam hatinya, ia merasa kasihan pada gadis ini, tapi ia juga ingin bilang bahwa berhentilah mencintai Jihwan, karena aku akan jadi orang yang lebih baik untukmu, dan yang penting…aku tak akan pernah membiarkanmu menangis seperti ini. ;(
***
Jihwan mengantarkan Ah Rin sampai rumah, memang belum saatnya pulang..namun mereka ijin bilang bahwa Ah Rin tak enak badan.
“Gomawo, Jihwan-a,” kata Ah Rin ‘benar kata Hyun Ah, kau memang baik sekali. Aku terlalu bodoh untuk tak merasakannya’, “Jeongmal mianhae, Jihwan-a,” kata Ah Rin lalu ia segera masuk ke rumahnya.
Untung eomma-nya sedang tak di rumah, jadi ia bisa bebas menangis sekencang-kencangnya tanpa harus ditanyai macam-macam.
“Hyun Ah..apa kau melakukan ini karena kau suka pada Jihwan, hah? Jawab aku Hyun Ah! Jujur saja, selama ini aku memang bimbang. Saat bersama Jihwan, aku merasa senang dan merasa sangat terhibur. Tapi saat bersama Hyunmin, aku juga tak mengelak kalau jantungku selalu berdetak kencang. Jadi menurutmu aku harus bersama siapa, hah?? Jawab aku Hyun Ah aaaaaaa,” tangis Ah Rin semakin kencang, saat ia merasa lelah, ia tertidur sampai ia terbangun di pagi harinya.
***
Shin Ah Rin mengawali hari Minggunya dengan menguap, dan ia baru ingat bahwa kemarin ia habis menangis dan ia segera berlari ke arah cermin.
“Yah..benar, mataku bengkak sekali. Oh, eotteokae...kalau sampai eomma dan appa tanya padaku. Aissh..tidak mungkin juga aku tak keluar dari kamar seharian,”
Tok..tok.tok..
“Ah Rin-a, ada temanmu datang,”
“Nuguyo, eomma?”
“Eomma tak tau namanya, kau temui saja sendiri,”
“Ne, aku mandi dulu, eomma,”
Beberapa saat kemudian, Ah Rin sudah merasa segar, ia menemui temannya yang datang di hari Minggu ini.
“A..Hyunmin-a,”
“Hei, kau sudah merasa lebih baik?”
“Ne, aku rasa begitu,”
“Matamu masih bengkak sekali, padahal aku kesini mau mengajakmu jalan-jalan,”
“Okey, kebetulan aku bosan di rumah. Aku ambil tas dan bilang ke eomma-ku dulu ya,”
“O, eomma, aku jalan-jalan dengan Hyunmin-a,”
“Hati-hati ya,” kata eomma Ah Rin.
“Ne,” jawab Ah Rin dan Hyunmin berbarengan.
“Khajja,” kata Ah Rin bersemangat.
***
Tokk..tokk..tokk..
“Tunggu sebentar,” teriak Hyun Jie dengan suara cemprengnya. *di gampar ma Jie, mian Jie J.
Saat ia membukakan pintu, ia kaget setengah mampus.
“E..oppa. Tumben kau main kesini. Bersama siapa, oppa?” kata Hyun Jie sambil celingukan.
“Aku tak boleh main ke rumah mu ya? Geurae, aku akan pulang,” kata Su Hoon sok marah.
“Ehm, oppa. Kau jangan marah. Masuklah dulu, kebetulan eomma-appa ku tak di rumah. Jadi..aku sangat butuh teman,”
“Ne, gomawo. Eh, biasanya kalau kau sendirian di rumah, Hyun Ah atau Ah Rink an pasti menemanimu,”
“Kau lupa kalau mereka lagi bertengakar? Yah..tidak bisa dibilang bertengkar sih, tapi..mereka tak saling menyapa. Huhh…apalagi sifat Hyun Ah yang keras kepala itu, pasti membuat masalah ini tak ada habisnya. Enak sekali si Jihwan, jadi rebutan dua cewek yang cantik,”
“Kau tak ikutan memperebutkan Jihwan kan?”
“Tentu saja tidak, aku sangat marah padanya karena secara tidak langsung, dia yang menyebabkan kedua sahabatku itu menjadi seperti ini,”
“Baguslah,”
“Mwo?”
“Ah, aniyo..Hyun Jie-a, bagaimana kalau kau…menjadi pacarku? Apa kau mau?”
Hyun Jie sama sekali tak menyangka. Hari Minggu yang tadi pagi menurutnya sangat menyabalkan, tiba-tiba menjadi Hari Minggu yang mengejutkan sekaligus membahagiakan. Ia tak sanggup berkata-kata. Bahkan ia tak sanggup mengatupkan bibirnya. Hehehe.. :D *ditimpuk gayung ma Jie, sekali lagi, mian Jie J
“Jie-a, gwaenchana?” Su Hoon yang tak pernah melihat Hyun Jie seperti itu menjadi khawatir.
“Ha? Ne, gwaenchana oppa,” ia baru tersadar saat Su Hoon membuyarkan lamunannya.
“Lalu..Bagaimana menurutmu?”
“Menurutku tentang apa, oppa?”
“Haissh, kau ini…..” Su Hoon jengkel pada ke-tulalit-an Hyun Jie dan ia beranjak dari tempat duduknya. Memang pada saat ia terkejut, Hyun Jie menjadi sedikit tulalit. Wkwkwkwk :P
“A…oppa, khajima. Mianhae oppa. Hehehe..baiklah, aku mau,” kata Hyun Jie dengan senyum malu-malu(in). :D
Mereka berdua pun memutuskan untuk berjalan-jalan di Mal dekat rumah Hyun Jie.
***
“Kau tumben sekali mengajakku jalan-jalan,” tanya Jihwan dengan sangat heran.
“Tak boleh ya? Kau takut kalau Ah Rin marah?” kata Hyun Ah sedikit emosi.
“Aniyo, bukan seperti itu. Ehm..Hyun Ah, aku boleh bertanya sesuatu padamu? Tapi…kau jangan marah,” Jihwan mencoba untuk melepas tangan Hyun Ah yang sedang menggeretnya.
“Baiklah, tapi ikut aku beli es krim itu dulu. Dan kau baru boleh bertanya saat es krim-ku sudah habis. Ara?”
Jihwan mengangguk.
Hyun Ah menjemput Jihwan tadi pagi-pagi sekali. Ia mau mengajak Jihwan jalan-jalan di Mal, kebetulan Mal yang menurutnya paling dekat adalah Mal dekat rumah Hyun Jie. Hyun Ah ingin mempertahankan cintanya pada Jihwan. Ia tak mau mengalah pada Ah Rin atau pada siapapun. Jihwan yang baru bangun pun terkejut sekali ketika melihat ada seorang gadis berambut panjang di depan pintunya. Mau tak mau, ia menerima ajakan Hyun Ah.
***
Ah Rin menyarankan Hyunmin untuk ke pantai saja, karena Ah Rin akan merasa lebih damai jika di pantai. Beberapa menit berada di perjalanan, mereka sudah sampai di Sokcho Beach. Angin laut langsung menerpa wajah Ah Rin. Ia pun tersenyum, ia menuju pantai itu, bermain air. Hyunmin hanya melihatnya dengan senang, ia bersyukur karena gadis itu bisa tertawa lagi J. *sokk sweet bgt kata-katanya..
“Hyunmnin-a, kemarilah. Kau menemaniku bukan hanya untuk melihat saja kan. Kemarilah, bermain denganku,” teriak Shin Ah Rin sambil tak henti-hentinya tersenyum *gila kali ya, nih orang :P
Hyunmin mendekat padanya, awalnya ia hanya diam saja, namun karena sifat Ah Rin yang suka jail, ia membasahi muka Hyunmin dengan air. Mau tak mau, Hyunmin pun membalasnya. Mareka saling kejar-mengejar. *napa jadi kayak pilm india yah, nih kan settingnya di korea :o :D
Mereka lama-lama lelah juga, mereka memutuskan untuk berhenti dan duduk di tepi pantai itu. sambil mengeringkan pakaian mereka yang basah.
“Hyunmin-a…gomawo,” kata Ah Rin yang masih tak bisa mengatur nafasnya, ia masih ngos-ngosan. J
“Eem, aku akan senang kalau kau juga senang,”
Kata-kata Hyunmin itu membuat Ah Rin terperangah, ia tak tau makna kata-kata itu. Apa Hyunmin….ah, aku tak boleh kege’er-an, pikir Ah Rin. Ia pun tersenyum pada Hyunmin, dan Hyunmin membalasnya. Manis sekali… Ah Rin pun cepat-cepat mengalihkan pandangannya. Ia tak mau Hyunmin berpikir kalau ia menyukainya, karena Ah Rin sendiri belum yakin pada perasaannya sendiri. Lama mereka berdiam, akhirnya Hyunmin mencoba untuk membuyarkan kekakuan itu.
“Ah Rin-a,”
“Ne?”
“Kalau boleh tau…kau kemarin kenapa?” tanya Hyunmin hati-hati, ia takut kalau Ah Rin marah.
Ah Rin hanya menggeleng.
“Kalau kau tak keberatan, kau bisa cerita padaku,”
“Hyunmin-a, apa menurutmu…aku ini benar-benar bodoh?” mimik wajah Ah Rin yang ceria berubah menjadi sedih.
“Maksudmu? Ehm..tentu saja tidak. Sebenarnya kau kenapa?”
“Apa menurutmu selama ini Jihwan suka padaku?” air mata Ah Rin hampir menetes saat ia menyebut nama Jihwan, ia merasa kalau ia adalah orang yang paling jahat pada Jihwan.
“Mungkin, soalnya kalian begitu dekat. Wae?”
“Ternyata benar kata Hyun Ah… haissh..betapa bodohnya aku,” Ah Rin tak sanggup lagi, ia memukul-mukul kepalanya sendiri.
“Ah Rin-a, kau tak boleh seperti ini,” Hyunmin berusaha untuk menenangkan Ah Rin dalam pelukannya.
“Aku sangat jahat, Hyunmin-a…aku adalaha manusia paling jahat,” :’(
Hyunmin tak begitu mengerti tentang omongan Ah Rin, tapi ia mencoba untuk menenangkannya.
Setelah tangis Ah Rin mulai reda, mereka pun pulang.
***
Hyun Ah baru selesai menghabiskan es krim cappuccino-nya, dan Jihwan bersiap-siap untuk menanyakan hal yang ia ingin sekali ketahui.
“Eitss, jamsimanyo. Aku mau ke toilet sebentar,”
“Aisshh, pintar sekali anak itu untuk menghindar,”
Saat Jihwan melihat sekitar toko es krim itu, ia tak sengaja bertatapan dengan Hyun Jie dan Su Hoon. Mereka kaget, Hyun Jie pun mengajak Su Hoon untuk masuk ke toko es krim itu dan menemui Jihwan.
“Jihwan-a, kau sedang apa disini? Uh, dengan siapa kau?” tanya Su Hoon.
“Yakk, Jihwan-a, saat Ah Rin sedang sedih, kau malah enak-enakan disini. Maumu apa, hah?” bentak Hyun Jie dengan sangat emosi.
“Hyun Jie, sstt..pelankan sedikit suaramu itu, kau tak malu apa?” kata Jihwan watados.
“Hyun Jie-a,” tebak Hyun Ah dari belakang Hyun Jie, Hyun Jie pun menoleh.
“Uh..Hyun Ah-a, kau disini juga?”
“Kau dengan Su Hoon oppa, Jie-a?” tanya Hyun Ah penuh selidik.
“Ne, kau sendiri dengan siapa?”
Hyun Ah langsung menggandeng tangan Jihwan.
“Aku bersamanya. Wae? Kau heran?”
Su Hoon dan Hyun Jie sangat terkejut, “Mwo?” teriak mereka berdua.
“Waeyo? Apa salahnya? Jihwan belum punya pacar kan? Aku juga. Jadi tak ada yang melarang kami untuk jalan-jalan bersama,” kata Hyun Ah enteng dengan senyum sinisnya.
“Tapi..Hyun Ah-a, kau..” Hyun Jie tak sanggup melanjutkan kata-katanya.
“Hyun Ah-a, kau tak tau kalau Hyun Cheol bisa sakit hati kalau kau bersikap seperti ini!!” kata Su Hoon tegas.
“Hyun Cheol oppa? Haha… apa hubungannya dengan dia? Yak.. oppa…di tak pernah bilang suka padaku, jadi mana boleh aku menganggapnya suka padaku,”
“Hyun Ah-a, hentikan ini semua! Aku tak mau kau bersikap seperti ini padaku,” teriak Jihwan.
“Jihwan-a…” muka Hyun Ah menjadi sedih saat ia dibentak.
“Hyun Ah-a, aku sama sekali tak ada perasaan apa-apa padamu. Lepaskan tanganku,”
Jihwan tak tahan lagi, ia pergi meninggalkan Hyun Ah, Hyun Jie, dan Su Hoon.
“Hyun Ah-a, kau kenapa, hah? Bukannya kau sudah tau kalau Jihwan hanya mencintai Ah Rin? Lalu kenapa kau malah bersikap seperti ini? Apa kau tak punya malu, hah? Apa kau mau berubah menjadi wanita murahan?” Hyun Jie sedikit menyesal dengan kata-kata terakhirnya.
“Ne, aku memang wanita tak tau malu, aku memang tak punya harga diri. Tapi aku melakukan ini semua untuk mendapatkan orang yang benar-benar aku cintai, apa ini salah?? Jawab Hyun Jie-a, apa aku salah??!” teriak Hyun Ah, ia berlari keluar, ia tak sanggup menahan air matanya.
“Oppa, apa aku keterlaluan bicara seperti itu pada Hyun Ah?”
“Ne, tapi aku tau kalau kau melakukan ini karena kau ingin ia sadar pada sikapnya,”
Su Hoon mengantar Hyun Jie pulang, meskipun acara kencan mereka sedikit berantakan pada endingnya.
“Gomawo, oppa,” kata Hyun Jie tak bersemangat.
***
Kim Hyun Ah adalah gadis yang mempunyai masa kecil sangat bahagia meskipun eomma-nya sudah meninggal, appa-nya selalu memperhatikannya. Setiap hari dibelikan mainan dan selalu makan bersama sambil membicarakan hari-hari Hyun Ah di sekolah. Tapi saat ia berumur 12 tahun, appa-nya meninggal akibat kecelakaan. Akhirnya ia diasuh oleh halmeoni-nya, sejak kematian appa-nya, Hyun Ah tumbuh menjadi gadis yang temperamental, mudah emosi, dan ia mau semua keinginannya bisa didapatnya. Saat dulu, ia tak pernah jatuh cinta sampai akhirnya ia bertemu dengan Jihwan. Lelaki kocak yang bisa membuatnya tertawa, ia juga sangat baik. Ia jatuh cinta pada Jihwan, meskipun ia tau Jihwan mencintai sahabatnya sendiri. Hyun Ah tak peduli, yang ia pikirkan hanyalah bagaimana cara mendapatkan Jihwan.
***
Senin pagi yang cerah, tak mampu membuat Ah Rin ceria. Saat ia memasuki kelas, Hyun Jie terduduk diam di bangkunya. Ah Rin mencoba untuk tersenyum.
“Hyun Jie-a,” sapanya (sok) ceria.
“Eh, Ah Rin-a. Eotteoke cinaesimnikka? Gwaencahana?”
“Eem, ne. Malah aku pikir..kau yang tidak baik. Wae?”
“Ah Rin-a, sepertinya.. Hyun Ah tak hanya marah padamu, tapi…ia juga akan marah padaku,”
“Ha? Kenapa bisa begitu?”
Hyun Jie menceritakan kejadian di Mal kemarin. Ah Rin sedikit terkejut saat Hyun Jie menyebut nama Jihwan. Ia tak begitu mendengarkan cerita Hyun Jie setelah itu, ia melamun memikirkan dunianya sendiri. Tiba-tiba..
“Ah Rin-a, tugas dari Kang Yong Joon seongsaengnim, kau bawa kan?” tanya Hyunmin sedikit ngos-ngosan.
Ah Rin pun langsung menggeledah tasnya dan…
“A..eotteokae..mianhae Hyunmin-a, aku lupa. A..sebaiknya aku pulang dulu,”
Hyunmin melarangnya, “Andwae, setelah ini bel masuk akan segera berdering,” sambil melihat jam tangannya.
“Hyunmin-a..kau tak tau kalau Kang seongsaenim sedang marah, aishh…babo, kenapa aku bisa ceroboh sekali. Padahal kita mengerjakan dengan susah payah,”
“Sudahlah, tenanglah dulu. Mari kita jelaskan baik-baik pada Kang seongsaenim, nanti,”
“Andwae Hyunmin-a. Kang seongsaenim tak akan pernah mendengarkan penjelasan kita. Kita akan menerima hukuman,” kata Ah Rin sedih.
Selagi Hyunmin menenangkan Ah Rin, Hyun Jie keluar kelas. Ia melihat ke lapangan basket.
“Uh..Jihwan, Hyun Ah?? Ah..bagaimana kalau Ah Rin melihatnya. Haiish, Hyun Ah benar-benar keras kepala. Ia tak mau menyerah sekalipun,”
“Hyun Jie-a,” sapa Hyun Cheol.
“A..oppa. Waeyo?”
“Aku dengar…kau sudah berpacaran dengan Su Hoon hyung. Jeongmal?”
Hyun Jie mengangguk malu,
“Oppa, kau tak marah kalau melihat mereka?” tanya Hyun Jie sambil menunjuk ke arah Hyun Ah dan Jihwan.
“Menurutmu?”
“Oppa..kenapa kau tak jujur saja padanya? Kenapa kau bisa tahan seperti ini? Oppa, jika kau tak mampu melakukan ini semua demi dirimu sendiri, lakukan demi Ah Rin dan Jihwan,” kata Hyun Jie sedikit gemas dengn sikap Hyun Cheol yang tak tegas *mian, para fans Hyun Cheol oppa J
“Mworagoyo?”
“Oppa, mungkin Ah Rin masih bimbang dengan perasaannya, tapi..Jihwan sudah pasti yakin. Dan kalau seperti itu, jika Hyun Ah masih bersikeras, dia kan semakin sakit hati. Sebaiknya kau coba jadikan dia sebagai kekasihmu,”
“Hyun Jie-a…”
“Oppa, jebal…….”
“Geurae, akan aku coba,”
“Daebak! Aku akan selalu mendukungmu oppa, hwaiting!” Hyun Jie tersenyum puas.
‘Kau harus bersiap-siap Hyun Ah, kau harus menemukan kebahagiaanmu sendiri, aku yakin kau pasti bisa melupakan Jihwan’ batin Hyun Jie.
***
Bel masuk sekolah berbunyi, disaat itulah Kang Yong Joon seongsaengnim masuk ke kelas Ah Rin, dan disaat itulah Ah Rin khawatir, sesekali ia menoleh pada Hyunmin,
‘Hyunmin kelihatan tenang sekali..ah, mungkin karena dia belum tau betapa dasyatnya kalau Kang seongsaenim marah. Eotteokae..’ Ah Rin meremas jari-jarinya.
Kang seongsaenim memanggil setiap perwakilan kelompok untuk mengumpulkan tugas itu di depan. Sampai tiba saatnya Ah Rind an Hyunmin di panggil.
“Jeoseonghamnida, Kang seongsaenim,” kata Ah Rin denagn suara bergetar sambil terus menunduk, ia sangat takut menatap Kang seongsaenim.
“Mwo? Jangan bilang kalau kalian tidak mengerjakan,”
“Aniyo, saem. Kami tak seburuk itu. Mmh…aku lupa membawanya, saem. Kalau saem mau member hukuman, hukum saja aku. Aku yang ceroboh sampai tidak membawanya, jangan hukum Hyunmin,”
“Keluar!”
“Saem…,” Ah Rin mencoba protes tapi Hyunmin malah menggandeng tangannya dan mengajaknya keluar.
“Hyunmin-a, jeongmal mianhae,”
Mereka duduk-duduk di samping lapangan basket. Sambil melihat para haksaeng yang mengikuti pelajaran olahraga.
“Aku kan sudah bilang, ini tugas kita berdua, kau jangan merasa bersalah seperti ini,”
“Hyunmin-a..seharusnya kau tak usah dihukum, ini kesalahanku,”
Ah Rin yang daritadi menunduk, melihat sebuah bola basket menggelinding di bawahnya. Saat ia melihat siapa pemilik bola itu, ia langsung terlonjak kaget.
“Ah Rin-a, beri kesini bolanya,” pinta Jihwan dengan nada selembut mungkin.
Ah Rin melempar bola dengan sangat keras sehingga bola itu terlempar di kening Hyun Ah yang sedang di belakang Jihwan. Ia pun terkejut, bagaimana kalau terjadi sesuatu yang parah menimpa Hyun Ah, ia tak sengaja..’Hyun Ah..a..eotteokae’ batin Ah Rin takut.
Jihwan segera menggendong Hyun Ah ke UKS, di sertai tatapan cemburu Hyun Cheol yang merasa dia adalah lelaki yang sangat tidak berguna, apalagi untukk Hyun Ah, ‘apa sosok lelaki sepertiku memang tak pantas untukmu, Hyun Ah-a’ kata Hyun Cheol dalam hati, ia benar-benar menyesal.
***
Wajah Shin Ah Rin bertambah pucat saat ia melihat para guru datang ke UKS, ia takut terjadi apa-apa pada Hyun Ah, sahabatnya. Ia yang daritadi diam saja sambil memegang erat tangan Hyunmin. Hyunmin juga merasakan ketakutan Ah Rin. Ah Rin memutuskan untuk keluar dari UKS, ia tak sanggup melihat itu semua, melihat kekhawatiran Jihwan pada keadaan Hyun Ah.
“Haaaissh, apa-apaan aku ini, memangnya kenapa kalau Jihwan mengkhawatirkan Hyun Ah? Aku sama seklali tak ada hak untuk melarangnya,” kata Ah Rin sedikit sebal pada dirinya sendiri, tiba-tiba ada yang memegang bahunya.
“Ah Rin-a,”
“Ohh..Hyunmin-a,” Ah Rin takut kalau Hyunmin mendengar semua perkataannya barusan.
“Kau..apa kau mendengar kata-kataku tadi?”
“Mwo?”
‘Untung ia tak mendengarnya’ pikir Ah Rin tenang.
“Aniyo, amuildo anieyo,”
‘Aku sudah tau sekarang, bagaimana perasaanmu pada Jihwan. Ah Rin-a, aku akan membantumu, sebisaku’ Hyunmin sedikit menyesal karena tau perasaan Ah Rin yang sebenarnya, tapi ia lega setelah mengetahuinya.
“Ah Rin-a, gwaenchana?” teriak Hyun Jie.
Ah Rin mengangguk, “Hyun Jie-a, seharusnya kau mengkhawatirkan Hyun Ah, bukan aku,”
“Yakk, Shin Ah Rin, kau ini…kau juga temanku, mana boleh aku tak mengkhawatirkanmu,”
“Kim Hyun Jie-a, aku yang bersalah kenapa kau mengkhawatirkanku? Babo…Hyun Ah juga temanmu. Sebaiknya kau liat ke dalam, bagaimana keadaannya,”
“Ye, jamsimanyo,”
Beberapa saat kemudian, Hyun Ah, Jihwan, Hyun Cheol, Hyun Jie, dan para guru yang ada di UKS itupun keluar. Hyun Ah melirik sinis pada Ah Rin yang ada di samping Hyunmin, mungkin Hyunmin melihat itu juga. Namun saat Jihwan menoleh padanya, ia akan seolah-olah merasakan sakit yang sangat dalam pada kepalanya.
“Jahat,” Ah Rin berlari ke tempat yang hanya ia tau, ia ingin sendiri sekarang.
“Wae?? Waeyo Hyun Ah-a…kau jadi seperti ini padaku? Jahat, licik, dan kau membuatku untuk membencimu. Dan sepertinya kau berhasil, sekarang….aku sangat membencimu!!!” teriak Ah Rin pada sela-sela tangisnya.
Tak ada yang bisa menenangkannya saat ini, saat lelah berteriak dan menangis, ia membalikkan badan dan..
“Hyun Cheol oppa,”
“Shin Ah Rin, cincha? Apa kau benar-benar serius pada perkataanmu itu?” tanyanya tak percaya.
“Oh..oppa, aku..aku…molla,” Ah Rin berniat meninggalkan Hyun Cheol, tapi Hyun Cheol dengan sergap menangkap tangan Ah Rin.
“Aku benar-benar berharap jawaban darimu, Ah Rin-a,”
“Oppa, aku tau kau menyukainya. Aku tau kau akan membelanya. Dan aku tau kau pasti tidak terima aku bicara seperti itu tadi. Jadi, apa maumu sekarang? Kau mau memukulku? Ha? Silahkan oppa, aku tak akan menghindar,” tantang Ah Rin.
Hyun Cheol sudah mengangkat tangannya, namun ia bukan berniat memukul Ah Rin, tapi ia malah memeluk Ah Rin. Mereka berdua menangis…dua orang yang merasakan hal yang sama…sakit hati.
“Sarangi neomu apa. Arasseo..jeongmal arasseo. Tapi Ah Rin-a kau tak boleh membenci Hyun Ah, dia hanyalah seorang gadis kesepian yang membutuhkan kasih sayang, apalagi dari seorang teman sepertimu,”
“Nae, oppa. Aku sangat menyesal bicara seperti itu,”
***
Mobil Jihwan berhenti tepat di depan rumah nenek Hyun Ah, rumah sederhana dengan gaya sedikit tradisional.
“Gomawo Jihwan-a. Kau memang baik sekali,”
Jihwan tak bilang apa-apa, ia keluar dan membukakan pintu mobil untuk Hyun Ah, ia membantunya berjalan. Setelah di depan pintu rumah, Jihwan pamit.
“Jihwan-a, saranghaeyo,”
Jihwan tak menghiraukan kata-kata manis itu, pikirannya tertuju pada Ah Rin. Ia takut gadis itu marah karena hari ini ia lebih memperhatikan Hyun Ah. Tanpa pikir panjang, ia langsung menuju rumah Ah Rin. Saat itu kebetulan Ah Rin baru mau masuk rumah.
“Ah Rin-a,”
“Jihwan-a. Kenapa kau bisa kesini? Ada apa?”
Jihwan memeluknya, “Jihwan..lepaskan..aku tak mau eomma-ku melihat kita seperti ini,”
“Mianhae, apa kau marah padaku?”
“Tentu saja,”
“Bahkan tentang Hyun Ah tadi?”
“Jihwan-a itu salahku, kenapa aku harus marah padamu,” Ah Rin berusaha menghindar dari tatapan Jihwan yang membuatnya salting.
“Jadi…kau tak marah karena aku tadi menolong Hyun Ah?”
“Yakk..Jeon Jihwan, kenapa aku harus marah kalau kau menolong Hyun Ah? Apa salahnya, ha? Babo..” Ah Rin mencoba untuk menghindar dan ia membalikkan badan.
“Shin Ah Rin, kau tak cemburu? Benarkah kau tak cemburu padaku dan Hyun Ah?”
Langkah Ah Rin terhenti, “JIhwan, aku tak punya hak untuk itu. Hyun Ah begitu menyukaimu, cobalah untuk lebih memperhatikannya,”
“Jeongmal? Benarkah ini yang kau inginkan? Geurae, aku akan lebih memperhatikannya mulai sekarang,” Jihwan masuk ke mobilnya dan ia pergi begitu saja.
‘Apa ini yang aku inginkan? Apa benar ini yang aku inginkan? Kenapa aku bisa bicara seperti itu pada Jihwan? Babo..’ pikir Ah Rin.
***
Pagi hari ini Ah Rin dengan tidak bersemangat turun dari bus. Ia melihat kea rah halte, ‘dulu ia menungguku disitu’ pikirnya. Jarak dari halte ke sekolahnya kurang lebih 500meter, jadilah tiap hari ia jalan kaki sendirian. Tiba-tiba saat ia memasuki gerbang sekolahnya, ia dikagetkan oleh seorang lelaki.
“Oh..Injoon-a, kau membuatku terkejut,” Ah Rin tak begitu menghiraukan Injoon, meskipun mereka sering bersama namun mereka tak terlalu dekat, Ah Rin pun berlalu tapi Injoon malah menarik tangannya.
“Yakk, Shin Ah Rin!”
“Injoon-a lepaskan, sakit…”
“Kau terlihat sama sekali tak menyesal,”
“Menyesal? Apa maksudmu?” kata Ah Rin heran, sambil menarik tangannya dari cengkraman erat Injoon.
“Hahaha…kau ternyata benar-benar merasa tak bersalah, hah?” bentak Injoon, hingga para murid yang sedang lewat sampai menoleh.
“Michyeo! Aku sama sekali tak mengerti maksudmu. Apa salah yang pernah kuperbuat padamu? Kau….akan ku aduhkan pada Jie eonnie. Kau tak takut?”
“Ha..kau ini..berani hanya mengaduhkan. Ini bukan masalah aku, tapi ini masalah Hyun Ah noona,”
“Mwo? Hyun Ah?” Ah Rin langsung menundukkan kepalanya.
“Wae? Kau sudah merasa bersalah sekarang? Hah?”
“Injoon-a, aku kan minta maaf padanya, lepaskan tanganku sekarang, jebal,”
“Kau ini…! Aku benar-benar sangat membencimu Shin Ah Rin. Kau begitu jahat,” Injoon hendak memukul Ah Rin, Ah Rin pun tak berani buka matanya, tapi ternyata ada yang menahan tangan Injoon.
“Su Hoon oppa,” kata Ah Rin.
“Hyung, kenapa kau ini, ha? Lepaskan tanganku!”
“Lepaskan tangan Ah Rin dulu,”
Injoon pun berjalan ke kelas dengan kesal, ia membanting tangan Ah Rin, sampai Ah Rin mengerang kesakitan.
“Gwaencahana?”
“Ye, gomawo oppa,”
“Khajja..aku akan mengantarkan kau ke kelas dan akan ku bilang pada Hyun Jie tentang kejadian ini,”
“Jangan, oppa”
“Wae? Kau hampir tersakiti dengan sikap Injoon barusan,”
“Gwaenchana oppa, kau tak usah khawatir. Kau ke kelasmu saja,”
***
Saat Ah Rin hendak masuk kelas, Hyunmin datang. Ia pun tersenyum pada Hyunmin.
“Annyeong, oppa,”
“Kau kenapa tersenyum-senyum begitu. Kau sedang gembira ya?”
“Aniyo, masa temanku sedang sakit, aku malah gembira,”
Saat Hyunmin melihat tangan Ah Rin, ia melihat seperti ada bekas cengkeraman yang sangat kuat.
“Ah Rin-a, tanganmu kenapa?” sambil memegang tangan Ah Rin penuh dengan kasih sayang. *uuhhh so sweet, mau dong jadi kenyataan J
Disaat itulah, Jihwan melihatnya. Melihat Hyunmin memegang tangan Ah Rin dengan lembut, dengan tatapan penuh kasih sayang. Ia melihat semuanya. Dengan jelas!
‘Jadi…karena dia. Karena dia kau mencampakkanku? Karena dia, kau membiarkan aku didekati oleh Hyun Ah? Kalau kau memang mencintainya, aku rela. Asal aku bisa melihatmu bahagia, apapun akan kulakukan. Yah…asal kau bahagia. Bukankah memang itu arti cinta yang sebenarnya, Shin Ah Rin…’
Jihwan segera lewat belakang sekolah untuk sampai di kelasnya. Ia tak mau melihatnya lebih lama lagi.
***
“A…itu tadi..mm..ada seseorang yang salah orang yang tak sengaja mencengkeram tanganku,”
“Ne?”
“Sudahlah oppa, hanya seperti ini kau kenapa mengkhawatirkanku berlebihan sekali,”
“Oppa? Kau memanggilku oppa? Hahaha..”
“Wae? Tak boleh?”
“Bukan begitu. Memangnya apa alasannya kau memanggilku oppa?”
“Mmh..karena kau selama ini selalu melindungiku dan selalu membuatku bahagia. Jadi..aku menganggapmu oppa-q. Boleh?”
“Baiklah,”
‘Kalau memang aku menjadi oppa-mu kau kan bahagia, aku kaan menerimanya. Agar aku bisa melindungimu dan menjagamu. Aku tak ingin kau sedih apalagi menangis, Shin Ah Rin’
“Jadilah adik yang baik untukku. Arasseo?”
“Ne, oppa. Hahaha”
Sesaat Ah Rin bisa melupakan kesedihannya, ia bahagia sekaligus tenang jika di samping Hyunmin, ia tak tau kenapa bisa seperti ini. Tapi ia yakin, ini bukanlah rasa cinta. Tapi ia merasa, ia menyayangi Hyunmin sebagai kakaknya. Kakak yang begitu baik, perhatian, dan tak akan pernah menyakitinya.
***
Saat istirahat, ia berpapasan dengan Jihwan dan Hyun Ah. Bukan hanya sekedar bersama-sama, Jihwan merangkul bahu Hyun Ah. Ia sesekali menghindar dari tatapan Hyun Ah yang seolah-olah sangat membencinya. Saat Jihwan dan Hyun Ah hendak berlalu..
“Mianhae, mianhae, Hyun Ah-a,” kata Ah Rin tanpa menoleh sedikitpun, ia langsung berlari ke kelas.
“Ha…bicara apa anak itu. tak sopan sekali,”
“Sudahlah. Maafkan saja,” kata Jihwan pelan.
“Jihwan-a..”
“Aku mohon..”
“Geurae, kalau kau yang memintanya,”
***
Sedih…itu sudah pasti dirasakan Shin Ah Rin. Bingung, marah, kecewa, ia tak tau mengapa ia merasakan ini semua. Tapi hanya satu hal yang membuatnya bingung, apa ia cemburu, apa ia cemburu pada Hyun Ah dan Jihwan?
“Arrggghhhh, aku tak mau tau!!! Aku tak mau tau urusan mereka berdua!!!” teriak Ah Rin saat di kamarnya.
Ia tak pernah merasa se-kecewa ini, ia tak pernah merasa se-bodoh ini.
“Sarangingulyo, apa ini yang namanya cinta?? Mengapa malah membuatku sakit. Waaaeeee??????”
Saat itu juga, ia sadar betapa ia tak mau kehilangan Jihwan. Tak mau kehilangan perhatiannya, tak mau kehilangan senyumnya, tak mau kehilangan cinta darinya.
“Saranghae…”
***
Keesokan harinya di sekolah, tiba-tiba Ah Rin dikejutkan kedatangan Yong In ke kelasnya.
“Aku akan merayakan ulang tahunku, aku harap kalian bisa datang,” kata Park Yong In-teman sekelas Hyun Ah- yang memberi undangan pada Ah Rin.
“Kau tidak salah memberi undangan padaku?”
“Tentu saja tidak, aku mengundang semua teman seangkatan kita. Wae?”
“Oh, aniyo,”
“Kuharap kau bisa datang, Shin Ah Rin,”
Ah Rin bengong melihat undangan di tangannya itu, ia tau kalau Yong In itu adalah anak seorang pengusaha kaya yang bisa merayakan ulang tahunnya secara besar-besaran, tapi apa iya dia mengundang Ah Rin, orang yang pernah dimusuhinya saat Ah Rin pernah dekat dengan lelaki yang disukai Yong In.
‘Kenapa kau tak percaya seperti itu Ah Rin-a? Kau heran? Hahah…diundang oleh musuhmu, sungguh tak masuk akal. Kita tunggu saja apa kau punya nyali untuk datang’ batin Hyun Ah.
“Hyun Jie-a, kau dapat undangan juga kan?”
“Tentu saja. Setelah ini aku mau ke salon untuk menata rambutku. Aku ingin terlihat cantik di hadapan Su Hoon oppa. Kau mau ikut?” Hyun Jie terlihat sangat semangat.
Ah Rin menggeleng, “Aku…mau pergi dengan Hyunmin,”
“Kencan?”
“Ah, aniyo. Kau jangan bicara seperti itu,”
“Arasseo, arasseo…hatimu kan hanya untuk Jihwan. Benar kan?”
Ah Rin hanya tersenyum simpul.
***
Hyunmin dan Ah Rin pergi makan siang di sebuah restoran yang cukup terkenal. Hyunmin bilang kalau ia yang traktir, mangkanya Ah Rin menyetujuinya. *biasalah..suka yang gratissaan :D
“Kau daritadi diam saja. Wae? Ada masalah? Ceritakan saja padaku,” kata Hyunmin setelah memesan makanan dan minuman.
“Oppa, apa kau akan datang pada acara ulang tahun Yong In nanti?”
“Tentu saja. Bukankah kau akan ikut juga?”
“Oooh..ye. Kau datang dengan siapa?”
“Yang pasti dengan seorang wanita,”
“Mmh..kau sudah punya pacar oppa? Kenapa aku tak tau?”
“Hahah…aku akan datang bersamamu. Shin Ah Rin, kau bersedia untuk datang bersama Woo Hyunmin? Tapi sebaiknya aku pertegas, kau harus mau!” kata Hyunmin dengan mimik muka lucu.
“Hahaha…aku baru tau kau bisa mengubah wajahmu jadi seperti itu, oppa,”
“Aku tak mau melihatmu sedih, terus tertawalah seperti itu meskipun kau sedang sedih, berusahalah untuk tetap tersenyum,” tatapan Hyunmin membuat Ah Rin terharu.
“Gomawo oppa, aku benar-benar beruntung memilikimu,”
Setelah menghabiskan makanannya, mereka berdua pulang, Hyunmin mengantar Ah Rin sampai rumah. Sebelum Hyunmin berbalik menuju mobilnya, tiba-tiba Ah Rin memeluknya.
“Aku tak tau kalau tak ada kau disampingku, oppa. Gomawo,” kata Ah Rin sambil terisak.
“Hei..kenapa malah menangis..kau bukan anak kecil kan? Sudahlah Ah Rin-a, aku ikhlas melakukan ini semua. Sudah..masuklah, aku akan menjemputmu jam 7 malam nanti,”
“Okey, hati-hati,” setelah melambaikan tangan pada Hyunmin, ia segera masuk ke rumah dan bersiap-siap untuk pergi ke pesta. Beberapa jam kemudian ia sudah siap dengan gaun biru lautnya, ia membiarkan rambutnya terurai. Sesekali ia melihat ke cermin, ia tampak tak pede dengan penampilannya.
“Yeppeo..”
“Jeongmal, eomma?”
“Tentu saja, siapa dulu eomma-nya,”
“Hahahah…” tiba-tiba terdengar klakson mobil.
“Itu pasti pasanganmu ke pesta itu,”
“Aku pergi dulu, eomma,”
“Hati-hati,”
Setelah sampai di depan pintu, Hyunmin berpamitan pada eomma-nya Ah Rin.
Saat di samping pintu mobil, Hyunmin membukakannya.
“Kau tampak cantik hari ini, Shin Ah Rin. Aku beruntung bisa berangkat bersamamu,”
“Kau tak usah berlebihan oppa,” diam-diam Ah Rin tersipu malu(maluin) :D
***
“Saengil chukae, Park Yong In,” kata Ah Rin dan diiringi oleh Hyunmin juga.
“Gomawo, kau punya pacar ternyata, ku kira kau menyukai Jihwan,” tebak Yong In yang langsung membuat Ah Rin terdiam.
“Kalian nikmati saja pestanya,”
Banyak sekali yang datang ke pesta itu, setelah acara tiup lilin dan potong kue, acara bebas. Saat itu Ah Rin terpisah dari Hyunmin, Ah Rin berjalan di dekat kolam renang, kebetulan ini garden party.
Saat Ah Rin melamun, ia tak sadar ada seseorang yang menceburkannya ke kolam itu. Ah Rin yang tak bisa berenang pun tenggelam, tapi untung saja Jihwan segera menolongnya dan membawanya ke atas. Untung Ah Rin tak sampai pingsan, ia hanya terbatuk-batuk karena air yang masuk ke hidungnya.
“Ah Rin-a, gwaenchana?” wajah Jihwan Nampak sangat khawatir.
Di sudut lain, Hyun Ah dan Yong In merasa gagal. Mereka sebal sekali, saat Hyun Ah hendak mendekat pada Ah Rin, ada seseorang yang mencekal tangannya.
“Apa-apaan ini. Lepaskan!”
“Shireo,” kata Hyunmin tegas.
“Aku tau kau sengaja bersekongkol dengan Yong In untuk mencelakai Ah Rin. Siapa lagi yang tau Ah Rin tidak bisa berenang selain sehabatnya? Benar kan, Kim Hyun Ah,” pertanyaan Hyunmin membuat Hyun Ah terpojokkan.
“Apa urusanmu, hah? Yak, aku tau kau menyukai perempuan itu, tapi jangan pernah larang aku untuk mencelakainya. Kau tak ada urusan denganku,”
“Semua yang berhubungan dengan Ah Rin, akan menjadi urusanku juga,”
“Jeongmal? Lalu, apa kau pikir aku kan peduli? Tidak sama sekali, Woo Hyunmin,” tatapan Hyun Ah begitu sinis, Hyunmin tau betapa kejamnya oranya yang sedang jatuh cinta.
“Terserah kau peduli apa tidak, kau jangan pernah campuri urusan Ah Rin lagi. Arasseo?”
Hyun Ah hanya menatap sinis, setelah Hyunmin melepas tangan Hyun Ah segera pergi dari hadapan Hyunmin.
***
Jihwan memeluk Ah Rin, ia tau Ah Rin begitu takut. Ah Rin takut tenggelam , dan ia tau itu. Mangkanya ia menenangkan Ah Rin sekarang. Ia tampak begitu khawatir. Mereka berdua berdiri dan menuju halaman yang lebih kosong dan tak banyak orang. Hyun Ah hendak menyusul tapi, lagi-lagi ada yang melarangnya.
“Hyun Ah-a, sadarlah. Kau tak berhak merebut Jihwan dari Ah Rin, sampai kapanpun hati Jihwan hanya untuk Ah Rin,”
“Kalau kalian tak melarangku seperti ini, aku mungkin sudah berhasil mendapatkan Jihwan,” kata Hyun Ah geram.
“Hyun Ah-a, tak bisakah kau membiarkan Ah Rin bahagia dengan orang yang ia cintai? Hyun Ah-a, saat kau sedih..siapa yang menghiburmu? Ah Rin kan? Dan saat kau dikerjai adik kelas saat di SMP, siapa yang menolong dan membelamu? Juga Shin Ah Rin kan? Sadarlah Hyun Ah-a, dia banyak menolongmu, di begitu baik padamu. Tak bisakah kau balas ini semua hanya dengan merelakan Jihwan? Hah?” bentak Hyun Jie.
“Yah, kau benar. Tapi tak bisakah aku bahagia juga? Tak bisakah aku mendapatkan kebahagiaan yang selama ini aku impikan? Kenapa kau malah membelanya, Hyun Jie-a. Apa hanya dia saja yang kau anggap teman?” Hyun Ah mulai menangis.
“Hyun Ah-a hentikan tindakan bodohmu ini, ini hanya kan menyianyiakan waktumu saja! Justru karena aku menganggapmu teman, aku melakukan ini. Mengingatkanmu, Kim Hyun Ah!”
Hyun Ah hanya bisa menangis, menyesali semuanya.
***
Badan Ah Rin menggigil, mungkin karena kedinginan dan juga masih terkejut dengan kejadian tadi. Jihwan memakaikan jas-nya pada Ah Rin.
“Gomawo,”
“Kau sudah merasa lebih baik?”
Ah Rin mengangguk, “Jihwan-a, mian..jeongmal mianhae,”
“Untuk apa kau minta maaf padaku?”
“Aku baru menyadarinya. Aku baru sadar kalau aku mencintaimu,”
“Mworago?”
“Saranghae,” kata Ah Rin sedikit malu.
Jihwan memeluk erat tubuh Ah Rin yang menggigil itu.
“Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Iya kan?” ia merasakan anggukan Ah Rin.
Setelah melepaskan pelukannya, Jihwan menatap Ah Rin.
“Shin Ah Rin, bersediakah kau menjadi pacar Jeon Jihwan yang mempunyai banyak kekurangan ini?” kata Jihwan sambil menatap serius pada Ah Rin.
“Tentu saja. Hahaha..ekspresimu lucu sekali, Jihw..”
Belum selesai Ah Rin meneruskan kata-katanya, Jihwan sudah menciumnya. Ciuman pertama dari pacar pertama Shin Ah Rin. *mau juga neh aku..jd mupeng dapet kiss dari Jihwan, tapi aku lebih tergoda ma bibir merahnya cihun, xixixixi..sorry Jihwan.. J-napa jadi yadong begini yah-*. Ah Rin tak bisa bergerak sama sekali, ia shock. Sampai Jihwan tertawa melihat wajah innocent Ah Rin.
“Hahaha..kau kenapa, Ah Rin-a? Jangan bilang ini ciuman pertamamu?”
“Oh..ehm..tentu saja, kau..”
“Kau tak usah gugup begitu. Hahaha..kau lucu sekali,”
“Sudahlah, jangan tertawa seperti itu, aku jadi malu,” melihat wajah merah Ah Rin, Jihwan tertawa lagi.
Mereka pulang bersama, bahkan Ah Rin lupa kalau ia pergi tadi bersama Hyunmin. Dari kejauhan, Hyunmin hanya tersenyum pahit. ‘Aku akan menemukan orang lain yang akan mencintaiku kan, Ah Rin? Aku harus yakin itu, meskipun orang itu bukan kau…aku tak boleh kecewa’
“Hyunmin-a, gwaenchana?” suara Hyun Jie mengagetkan Hyunmin.
“Ne, kau tidak usah mengkhawatirkanku. Oh ya, Hyun Jie-a…setelah acara kenaikan kelas, aku memutuskan untuk kembali ke Jepang,”
“Mwo?? W..wae. Karena Ah Rin?”
“Aniyo, aku memutuskan untuk lebih mendekatkan diriku dengan orang tuaku,”
“Kau yakin? Kau yakin membiarkan Ah Rin sendiri?”
“Ah Rin sudah tak membutuhkanku sekarang, dia sudah punya Jihwan. Dan aku yakin kalau Jihwan bisa lebih membahagiakan Ah Rin daripada aku,”
“Hyunmin-a…kau sangat baik. Andai saja aku tak jatuh cinta pada Su Hoon oppa, aku pasti akan meminta jadi pacarmu,” kata Hyun Jie serius dengan memeluk Hyunmin.
“Hahaha.. Su Hoon hyung juga sangat baik kan? Kau beruntung mendapatkannya,”
“Hooh, aku yakin kau akan menemukan princess-mu suatu saat nanti,”
***
Sejak kejadian itu, semuanya kembali seperti semula, meskipun Hyun Ah masih suka sedikit sinis. Tapi ada Hyun Cheol yang selalu menjaganya, sekarang. Waktu acara kenaikan kelas pun tiba, dikabarkan kalau semuanya naik kelas. Mereka pun senang, tapi Ah Rin heran dengan ketidak-hadiran Hyumin sekarang.
“Haksaeng, meskipun kita semua senang sekarang tapi ada salah seorang teman kalian yang pindah. Woo Hyunmin,”
“Ye?” hanya Ah Rin yang terkejut, setengah berteriak, ia bertanya pada gurunya itu.
“Kapan dia akan pergi?”
“Molla, mungkin hari ini,”
Ah Rin berlari keluar kelas, Hyun Jie pun minta ijin pada gurunya itu, dan ia segera menghubungi teman-temannya sekarang. ‘Mungkin ini saatnya mereka tau kalau Hyunmin akan pindah’ pikir Hyun Jie.
Ah Rin segera naik taksi, ia tak bisa menahan air matanya. “Kenapa kau tak memberitauku oppa? Apa aku bukan adikmu lagi? Kau jahat,”
Setelah sampai airport, Ah Rin segera berlari mencari Hyunmin, sampai ia melihat sosok yang sangat ia kenal.
“Oppa,” panggilnya lirih, herannya Hyunmin menoleh seolah-olah ia mendengarnya.
“Ah Rin-a,” mendekat pada Ah Rin yang terlihat ngos-ngos’an, ia segera memeluk Ah Rin.
“Kau kenapa bisa disini?” lanjutnya.
“Oppa, wae? Kenapa kau mau pergi? Apa karena aku?”
“Aniyo, aniyo, kau jangan bilang begitu. Aku ingin mendekatkan diriku pada orangtuaku, Ah Rin,”
“Cincha?”
Hyunmin mengangguk pelan, ia tak sanggup melihat Ah Rin menangis karenanya.
“Hyunmin-a,” teriak Jihwan, Hyun Jie, Hyun Cheol, Su Hoon, Hyun Ah, Injoon.
“Kalian…”
“Hyunmin-a kau benar-benar mau pergi?” tanya Jihwan.
“Ye, kau jaga Ah Rin ya, semoga saat aku kesini lagi..kalian masih bersama,”
“Hyunmin-a kenapa kau meninggalkan kami? Huh, kau itu..gara-gara tidak punya pasangan saja, langsung kabur begini. Kan masih ada aku, aku juga belum ada pacar. Jadinya..disini sekarang hanya aku yang sendiri..” kata Injoon memelas.
“Injoon-a jangan sedih begitu. Suatu saat nanti, kau akan menggandeng soerang gadis pujaanmu,”
“Hoh? Jeongmal?” semuanya tertawa melihat ekspresi lucu Injoon.
“Aku harus pergi sekarang, annyeonghi gaseyo,”
“Oppa..annyeong,” kata Ah Rin sambil melambaikan tangannya pada Hyunmin.
Saat semuanya sudah beranjak dari sana, tinggal Jihwan dan Ah Rin.
“Ah Rin-a,”
“Ye?”
“Just you..is the one who makes my world shining,” sambil tersenyum manis.
Ah Rin tak akan bisa melupakan ekspresi lucu Jihwan saat itu, ingin sekali tertawa namun ia sadar itu akan membuat Jihwan malu. :D
#The End#
Gomawo, bagi yang udah baca. Gimana menurut kalian? Untuk kritik dan sarannya aku tunggu yah ;) dan tunggu juga karya-karya selanjutnya dariku :D
Author: yya siintaa ^^